Yudi Latif
Opini

Bulan Hidupkan Cinta

Oleh: Yudi Latif*

Channel9.id-Jakarta. Kembali ke Desember, kembali membunyikan bel pengingat bahwa mahadaya cintailah yang memungkinkan kemanusiaan tumbuh. Mengetuk “pintu” Tuhan dgn getaran cinta adalah akar pohon kehidupan. Sedang mengetuk “pintu” tetangga dgn welas asih adalah buah kehidupan.

Sungguh mulia seruan agama untuk mengembangkan cinta agape, bak sinar mentari yg menyinari siapa pun tanpa kecuali. Namun, dalam realitas hidup, ekspresi kasih sayang itu umumnya bersifat selektif. Semangat altruisme cenderung diarahkan kepada orang-orang yg memiliki persamaan warna kulit, nilai dan identitas. Terhadap orang lain yg dianggap berbeda, manusia cenderung mengembangkan prasangka xenophobia.

Untuk bisa menebar rahmat melampaui batas-batas identitas, kebajikan cinta agape itu butuh ketepatan kelembagaan cinta kasih.

Perlu ada jaringan konektivitas lintas-kultural, bersejalan dgn kepentingan bersama utk menjaga harmoni dan keadilan dlm relasi sosial-ekonomi.

Di Dobo, Kepulauan Aru (1857), Alfred Russel Wallace terkagum menyaksikan perjumpaan berbagai ras-etnis berjalan tentram dlm semangat kebersamaan menjaga hubungan perdagangan yang fair. “Berbagai macam manusia hidup di sini tanpa bayang-bayang alat hukum pemerintah. Tanpa polisi, pengadilan dan pengacara. Akan tetapi, mereka tidak saling memotong tenggorokan, tidak saling merampas, dan tidak jatuh ke dalam anarki. Luar biasa! Hal ini menimbulkan keheranan akan beratnya beban pemerintah di Eropa, yang memunculkan dugaan bahwa kita mungkin terlalu diatur. Kita akan merasa minder melihat Dobo yg memiliki peraturan sangat sedikit, sedangkan Inggris mempunyai hukum terlalu banyak.”

Perlu juga mengembangkan jaring inklusivitas: kesetaraan akses pada pendidikan, kesehatan, kesempatan usaha, pelayanan publik, partisipasi politik dan persamaan di depan hukum. Eksklusivitas dlm penguasaan sumberdaya dan kesempatan akan memojokkan cinta jadi mekanisme pertahanan diri berupa kecemburuan dan keretakan sosial.

Konektivitas dan inklusivitas itu memerlukan ikatan moral publik sbg basis integritas. Moralitas adalah apa yg menyatukan manusia secara sosial krn adanya integritas etis yg menjadi simpul rasa saling percaya.

Baca juga: Asal-Usul Austronesia

  • Aktivis, Cendikiawan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  2  =  4