Nasional

Mendagri Beberkan Strategi Penanggulangan Covid-19

Channel9.id-Jakarta. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian, menerima kunjungan Satgas Lawan Covid-19 DPR RI yang dipimpin langsung ketuanya sekaligus Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad. Kunjungan tersebut dalam rangka mencari masukan terhadap pelaksanaan kebijakan new normal sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan dengan Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 Tentang Panduan Pencegahan dan Pengen Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi pandemi.

Di hadapan Satgas Lawan Covid-19 DPR RI, Tito memaparkan apa yang sudah dan sedang dikerjakan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dalam rangka penanganan Covid-19 ini. Menurutnya, pandemi Covid-19 ini merupakan kejadian luar biasa yang melanda hampir seluruh negara di dunia. Termasuk Indonesia.

“Ini suatu yang sangat luar biasa dan ini krisis kesehatan yang kemudian memberikan efek domino. Efek domino kepada keuangan, sistem keuangan, sistem ekonomi, bahkan bisa berpengaruh kepada masalah sosial, krisis sosial dan keamanan,” katanya.

“Oleh karena itu, memang semua negara, saya kira menghadapi persoalan yang baru dan kita semua menjadi saksi sejarah sebetulnya. Saksi sejarah karena pertama kali dalam sejarah umat manusia ada wabah seluas ini. Semua saling belajar antar satu negara dengan yang lain, bahkan dari daerah pun sama antar provinsi, antar kabupaten atau kota, saling belajar satu sama lain, baik belajar dari keberhasilan maupun dari kekurangberhasilan, “lanjutnya.

Tito menambahkan, situasi saat ini memang dilematis. Di satu sisi ada masalah kesehatan yang berdimensi kemanusiaan, di sisi lain berdampak  pada ekonomi atau keuangan. Maka sulit memang kalau melaksanakan dengan pola pikir “zero sum game” yakni mengutamakan salah satu dengan mengorbankan yang lainnya.  Semua negara yang dilanda wabah berprinsip bagaimana  bisa mencari keseimbangan. Dimana kedua sektor baik itu kesehatan dan ekonomi bisa diselamatkan,”paparnya.

Berkaitan dengan tugas pokok Kemendagri sendiri, khususnya dalam rangka pembinaan dan pengawasan pemerintahan di daerah, dari awal sejak outbreak, Tito mengaku pihaknya berusaha mengenal dan mengetahui Covid-19.

Tito mengaku beruntung mendapatkan buku dari Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad yang berisi hasil penelitian dari tim Wuhan. Buku tersebut disusun oleh Komisi Nasional Kesehatan China.

“Saya dapat buku dari Pak Dasco, langsung saya membentuk tim, di pimpin Dirjen Bina Adwil (Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan) untuk saya sampaikan terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Setelah itu kita langsung puter, buat tim penerjemah dalam bahasa Indonesia dan setelah itu segera kami bagikan soft copy-nya kepada seluruh jajaran Kemendagri dan seluruh kepala daerah,” katanya.

Tito menyebut, dirinya secara maraton berkunjung ke beberapa daerah mulai dari DKI Jakarta,  Jawa Barat,  Banten, Sumatera Selatan dan daerah lainnya. Setiap kunjungan, ia selalu membagikan buku yang disusun Tim Wuhan yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Langkah lain yang dilakukan Kemendagri dalam mendukung penanganan dan penanggulangan Covid-19, adalah dengan mengeluarkan kebijakan realokasi anggaran bersama Kementerian Keuangan.

“Dari realokasi anggaran itu terkumpul anggaran yang nilainya mencapai lebih kurang 69 triliun. Anggaran ini digunakan untuk mendukung penanganan Covid-19 dari sisi kesehatan, social safety net, dan untuk stimulus ekonomi,”terangnya.

Tito menyatakan dukungannya kepada Gugus Tugas Percepatan Penanangan Covid-19 yang dibentuk Presiden Joko Widodo.

“Bapak Presiden pun sudah membuat gugus tugas yang dimpin oleh Letjen Doni Monardo, maka kami pun mendukung gugus tugas ini dengan permintaan personel dari gugus tugas,  ada beberapa orangnya Pak Dirjen Bina Adwil adalah bagian dari gugus tugas. Perwakilan Kemendagri yang ada di gugus tugas, ada juga perwakilan dari Ditjen Otda di sana,” katanya.

Tito juga mengaku telah  memerintahkan seluruh kepala daerah untuk menjadi kepala gugus tugas.  Menurutnya, kepala daerah memiliki  power penuh untuk menangani masalah yang sifatnya extraordinary.  Sebelumnya posisi kepala gugus tugas  yang serahkan kepada Sekda. Ada juga yang dipegang kepala dinas kesehatan masing-masing.

“Kemudian kita banyak memberikan arahan-arahan baik melalui video conference bersama kementerian-kementerian terkait bagaimna kita mengembangkan 5 strategi sebetulnya untuk menjadi pegangan bagi daerah, ” kata Tito.

Tito pun kemudian menjelaskan lima strategi yang dimaksud. Pertama, karena semua daerah sedang mencari format, maka ia meminta daerah harus fokus kepada upaya mencegah penularan. Itu harus jadi nomor satu, mulai dari sosialisasi, penguatan protokol, testing, pembatasan-pembatasan, termasuk di dalamnya adalah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Termasuk dalam strategi nomor satu bagaimana warga agar terbiasa jaga jarak, pakai masker dan lainnya.

Strategi kedua yakni terkait dengan bagaimana mendorong peningkatan sistem kekebalan tubuh warga.

“Ini skenario kita semua. Saya kira sama semua umat manusia ini, skenarionya berusaha untuk tidak tertular sampai ditemukan vaksinnya. Tapi kalau tertular bisa saja terjadi, tertular dalam kondisi kekebalan tubuh yang tidak baik, sehingga perlu ada upaya-upaya untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Ketiga adalah meningkatkan  kapasitas sistem kesehatan, rumah sakit, tempat karantina, dan lain -lain di seluruh daerah.

“Yang keempat adalah peningkatan ketahanan pangan. Kemudian strategi yang terkahir adalah social safety net dan stimulus ekonomi, jadi menjaga jaring pengaman sosial,” urainya.

Menurut Tito, jika dilihat strategi nomor satu, dua dan tiga, ini  telah dikerjakan oleh gugus tugas. Sementara strategi  untuk masalah  social safety net ini titik sentral utamanya ada di Kemenko PMK bersama dengan Kementerian Desa dan kementerian lainnya. Kemudian strategi  untuk membangkit ekonomi itu ranahnya dari  kementerian bidang ekonomi.

“Kemendagri membantu semua, membantu gugus tugas, membantu Kemenki Perekonomian, membantu Kemenko PMK  untuk social safety net. Sekarang sudah mulai ketemu formatnya sebetulnya, bahwa untuk menangani ini membuat balance antara kesehatan publik, penanganan pandemik Covid-19 dengan menjaga situasi ekonomi tetap hidup,” imbuh Tito.

Ia menilai, kunci paling utama dalam upaya menghindari penularan yaitu tetap  beraktivitas tapi protokol kesehatan tetap dijaga. Diantaranya menggunakan masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan, baik menggunakan air sabun atau menggunakan hand sanitizer.

“Persoalannya, kita semua tahu tapi ini belum sampai ke masyarakat bawah. Masih banyak masyarakat yang tidak pakai masker, masih banyak juga yang belum menjaga jarak, masih banyak juga yang belum melaksnkan cuci tangan, ” katanya.

Tito meminta kepada seluruh kepala daerah dan jajarannya agar gencar menyadarkan warga tentang pentingnya menerapkan protokol kesehatan secara disiplin. Menurutnya, diperlukan sebuah gerakan nasional untuk mewujudkan itu.

“Tapi harus betul diintervensi dengan kebijakan publik. Jadi misalnya pakai masker, harus dilaksanakan selain social distancing,  sosialisasi pakai masker, bagi masker, lalu gerakan nasional membagi masker  yang diinisiasi oleh pemerintah atau eksekutif, legislatif, sama-sama. Semua bergerak, membagi masker, terutama masker yang dari kain.

“Yang kedua adalah gerakan nasional massif untuk mendorong warga cuci tangan pakai air sabun, artinya di tempat-tempat, di ruang publik harus diperbanyak sebanyak-banyaknya tempat cuci tangan dengan sabun yang disiapkan oleh pemerintah atau unsur lain yang didorong oleh pemerintah dan juga membagi hand sanitizer. Hand sanitizer ini adalah senjata kita yang paling utama. Ini adalah senjata perorangan,  untuk tiap orang yang harus ada di kantong terus.

Terakhir, Tito menekankan pentingnya sosialisasi jaga jarak. “Ini tidak cukup juga dengan berbicara tapi pemerintah pusat maupun daerah membuat aturan yaitu misalnya memberikan tanda di tempat antri, stasiun, terminal, pasar dan lain-lain.  Jarak dua meteran, sehingga clear, di samping diawasi dan dijaga. Mungkin itu langkah yang kami sarankan kedepan yang bisa dilakukan bersama-sama,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  38  =  42