Channel9.id-Jakarta. Pasuruan, Dua Santri MAN 1 Pasuruan membawa harum nama Kabupaten Pasuruan dan Indonesia di kancah internasional. Dalam ajang Robofest Japan 2019 di Okoyama University, Jepang, Muhammad Daffa Akbar Alamsyah, 16 dan Muhammad Raihan Alhakim, 15, berhasil menyabet medali emas kategori gathering supertim senior.
Kepala Muhammad Daffa Akbar Alamsyah mendadak terasa gatal. Padahal, ia yakin tidak ada kutu yang menyerang. Seolah bermagnet, tangan kanan remaja 16 tahun itu langsung menggaruk-garuk kepalanya.
Ia menghirup napas panjang. Bahkan, hampir menyerah dengan tugas yang diberikan. Namun, ia berusaha untuk bangkit.
Meski tak mudah, ia akhirnya bisa mengatasi keadaan. Misi untuk membuat robot yang diprogram bisa berjalan sesuai garis dan membawa barang, berhasil sesuai harapan. Hasilnya pun memuaskan. Terbukti, ia dan rekannya, M. Raihan Alhakim sukses menjadi jawara dan membawa pulang medali emas dari Jepang ke Pasuruan.
“Sebenarnya sudah hampir menyerah. Tapi, melihat ayah saya jauh-jauh mendampingi, saya bangkit. Saya tak ingin menyerah dan mengecewakan beliau,” kata putra M. Dzulham Alamsyah.
Setidaknya itulah sepenggal perjuangan dari M. Daffa Akbar Alamsyah alias Daffa dan rekannya, M. Raihan Alhakim dalam merebut juara pertama ajang Robofest Japan 2019.
Pada kejuaraan yang diselenggarakan di Okoyama University, 24-25 Agustus 2019 itu, keduanya mewakili Kabupaten Pasuruan dan Indonesia di ajang lomba robotik tingkat Asia Pasifik.
Keduanya bersaing dengan 49 tim dari 12 negara. Tidak hanya dari Jepang, tetapi juga Korea, Tiongkok, dan beberapa negara Asia Pasifik lainnya.
Mereka turun dalam tiga kategori. Untuk tim, yakni Gathering Supertim Senior, keduanya menyabet juara pertama. Sementara, untuk kategori individu, Daffa berhasil menyabet juara ketiga, kategori Line Maze Senior. Sedangkan Raihan, gagal mempersembahkan medali dalam kategori gathering senior.
Tak ayal, Daffa mengaku bahagia. Karena prestasinya itu, bisa membawa harum sekolah dan daerahnya di kancah internasional.
Daffa berkisah, perjuangan untuk bisa membawa medali tersebut, tidaklah mudah. Khususnya, untuk medali emas yang diperoleh secara tim. Karena dibutuhkan kerja sama yang apik agar bisa meraih juara.
Perjuangannya dan Raihan, dimulai sejak Maret 2019. Ketika itu, ada seleksi di tingkat sekolah untuk lomba robotik yang akan dikirim ke Jepang. Kebetulan, Madrasahnya mendapatkan satu slot untuk mewakili Indonesia.
Jatah itu diperoleh setelah tahun sebelumnya, MAN 1 Pasuruan meraih juara dalam lomba robotik tingkat nasional.
Ada enam lembaga yang mewakili Indonesia di Jepang. Selain MAN 1 Pasuruan, ada SMA maupun lembaga SMK. Dan, MAN 1 Pasuruan menjadi satu-satunya madrasah yang mewakili Indonesia di Jepang.
Hingga ia dan Raihan terpilih oleh pihak sekolah. Mereka pun dibekali keterampilan robotik selama beberapa bulan.
Remaja kelas X ini, kemudian dikirim ke Jepang tanggal 24 hingga 25 Agustus 2019. Di sanalah, mereka membuktikan kemampuannya.
Menurut Daffa, ia dibuat gemetaran dengan banyaknya peserta. “Apalagi, mereka datang dari berbagai negara,” sambung remaja asal Jogosari, Kecamatan Pandaan, ini.
Saat lomba digelar, ia dan Raihan harus menyelesaikan misi. Misinya membuat robotnya melintas di jalur yang sudah dibuat. Robot yang menyerupai kendaraan backhoe juga harus mampu membawa barang sesuai tujuan.
Bila keluar jalur atau tak mampu membawa barang, maka akan dianggap gagal. “Kami dikasih waktu satu jam untuk melakukan uji coba,” kata Daffa.
Ternyata, itu semua tak mudah. Selain harus berebut dengan peserta lain, dirinya harus dibuat kelimpungan lantaran berkali-kali gagal melakukan pemrograman seperti yang diharapkan.
Selain keluar jalur, robotnya juga melaju melenceng dari jalur. Ia bahkan harus memprogram ulang agar robotnya melintas seperti yang diinginkan.
“Saya sampai mau nangis gara-gara gagal terus. Cekcok dengan Raihan juga sempat terjadi. Bahkan, hampir saja kami menyerah,” kenang dia.
Namun, semangatnya kembali bangkit ketika melihat ayahnya. Ia dan Raihan pun kembali berusaha agar robotnya bisa berjalan sesuai jalurnya. Serta mampu menyelesaikan misi dengan sempurna.
Sampai waktu lomba pun tiba. Ia dibuat deg-degan. Beberapa dari peserta lain, banyak yang keluar jalur. “Untungnya, robot kami bisa menyelesaikan misi. Meski ada robot lain yang terlihat lebih cepat dari kami dalam melaju,” tutur remaja berkacamata ini.
Hingga pengumuman lomba tiba. Semula, ia tak yakin bisa memenangi lomba. Karena itu, ia dan Raihan begitu bahagia setelah mereka diumumkan menjadi juara pertama.
“Saya langsung salat Duhur sebagai ungkapan syukur. Kebetulan, waktu itu memang sudah masuk waktu Duhur,” tandasnya.
Kepala MAN 1 Pasuruan Agus Suwito menyampaikan, prestasi santri atau siswanya tersebut merupakan hal yang sangat membanggakan. Karena mereka tidak saja mengharumkan nama MAN 1 Pasuruan, tetapi juga Kabupaten Pasuruan, maupun Indonesia di kancah dunia.
Hal ini membuktikan bahwa madrasah tidak boleh dipandang sebelah mata. Buktinya, prestasi-prestasi yang membanggakan, bisa didapatkan oleh santri madrasah.
“Ini sebagai bukti, kalau santri madrasah itu juga bisa dan tak boleh dipandang sebelah mata,” pungkasnya.