Channel9.id – Jakarta. Harmoko kini telah tiada. Eks menteri Penerangan era Soeharto itu tutup usia di RSPAD Gatot Soebroto, Minggu, 4 Juli 2021.
Ketika Soeharto berkuasa, Harmoko adalah orang kepercayaan, bahkan murid, Soeharto. Selain itu, pria kelahiran Nganjuk, Jawa Timur pada tanggal 7 Februari 1939 itu juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar dari tahun 1993 selama 5 tahun.
Sebelum terjun di dunia politik, Harmoko merupakan seorang wartawan dan kartunis di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka setelah lulus dari sekolah menengah.
Kemudian pada tahun 1964 mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat ini juga pernah menjadi wartawan di Harian Angkatan Bersenjata.
Lalu, pada tahun 1966 hingga 1968, Harmoko pun menjadi penanggung jawab Harian Mimbar Kita. Dan tepat pada 16 April 1970 bersama rekan-rekannya, Harmoko mendirikan Harian Pos Kota.
Baca juga: Menteri Penerangan Era Presiden Soeharto, Harmoko Meninggal Dunia
Di masa kepemimpinan Harmoko, oplah Post Kota meningkat hingga mencapai 200.000 eksemplar pada tahun 1983. Satu tahun berselang, kariernya semakin menanjak. Selain menjadi wartawan di Harian API, Harmoko juga dipercayakan sebagai Pemimpin Redaksi surat kabar berbahasa Jawa, Merdiko.
Jejak pergulatannya di dunia wartawan selama 23 tahun mengantarkannya menjadi menteri penerangan zaman Presiden Soeharto. Ia menjadi Menteri Penerangan Republik Indonesia pada era Orde Baru selama 3 periode berturut-turut dari tahun 1983 hingga tahun 1997.
Harmoko bisa dibilang merupakan juru bicaranya Soeharto. Hampir setiap hari wajah Harmoko muncul di TVRI yang menjadi satu-satunya televisi saat itu.
Selama menjabat sebagai Menteri, dapat dikatakan Harmoko menjadi salah satu orang kepercayaan ke-2 Presiden Soeharto.
Pada Maret 1998, sebagai Ketua MPR, Harmoko mengangkat Soeharto sebagai presiden untuk masa jabatannya yang ketujuh. Namun, dua bulan setelah pengangkatan, Harmoko meminta mantan bosnya itu mundur.
Harmoko mendesak Soeharto mundur menyusul adanya demonstrasi yang berujung pada pendudukan gedung DPR/MPR. Gelombang protes itu terjadi karena rakyat menolak terpilihnya Soeharto sebagai Presiden.
Harmoko kemudian mengadakan rapat pimpinan fraksi di MPR untuk memproses pengunduran diri Soeharto. Hasilnya, 33 anggota fraksi menyetujui pelengseran penguasa Orde Baru tersebut.
IG