Nasional

INDEF: Anggaran Kesehatan Covid-19 Kecil dan Tidak Efektif

Channel9.id-Jakarta. Peneliti Institute for Development Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, menyoroti biaya penanganan Covid-19 untuk kesehatan sebesar Rp87, 55 triliun yang relatif sangat kecil dibandingakan sektor ekonomi sekitar Rp120,61 triliun. Menurut dia, kesehatan pada masa pandemi ini justru adalah kunci.

“Meskipun tidak bisa dipisahkan dengan pemulihan ekonomi, tapi kesehatan ini kunci awal ekonomi bisa ditangani,” ucapnya saat diskusi daring bertajuk Mengukur Efektivitas Anggaran PSBB (Kesehatan, Perlindungan Sosial dan Pemulihan Ekonomi) pada Kamis (25/6).

Menurut dia, pemerintah menskenariokan pertembuhan ekonomi-0,4 persen, kemudian kemiskinan bertambah 4, 86 dan pengangguran bertambah 5 sekian persen. “Saya kira ini akan jauh lebih tinggi,” ujar Tauhid.

Seperti diketahui, pemerintah merespon  skenario pemulihan yang awalnya memberikan stimulus 4 Maret 2020 sebesar 8, 5 triliun, pada 13 Maret stimulus II 22 triliun, dan pada April 2020 stimulus III 405 triliun.

Tauhid mengatakan, anggaran tersebut digelontorkan tanpa pernah mengevaluasi stimulus I dan II yang sudah berjalan itu. Namun, dia heran pemerintah sudah memberikan kerangka anggaran yang besar tanpa melihat lebih jauh penyerapan.

Padahal, kata dia, penyerapan anggaran sampai saat ini baru 1,54 persen di sektor kesehatan, di saat tren kenaikan kasus Covid-19 naik. Menurut Tauhid, hal tersebut membuat dukungan pemerintah untuk penanganan corona jadi tidak memadai.

“Bukan tidak ada duit, tapi pada saat pandemi tidak bisa dalam kecepatan administrasi. Ini yang menjadi masalah seperti juga tracing, traking itu lambat. Baru 3 mingguan ini lumayan cepat tapi sudah kadung kasusnya terlampau besar,” imbuhnya.

Dia pun mempertanyakan, di saat tren kasus meningkat mengapa yang difasilitasi oleh pemerintah hanya pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang dalam pemantauan (ODP), sementara orang tanpa gejala (OTG) yang memiliki kekhawatiran tidak difasilitasi atau dibiayai.

Selain itu, Tauhid menilai saat ini dikarenakan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dimaknai tanpa PSBB oleh masyarakat.

“Tren kasus Covid-19 di Indonesia itu memprihatinkan. Kita di antara negara Asia itu salah satu terburuk karena yang lain itu trennya menurun. Yang mengalahkan Indonesia hanya India. Bagaimana disebut efektif tapi anggarannya sedikit dan kasusnya banyak, hampir 50 ribu,” pungkasnya. (IG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

25  +    =  32