Channel9.id – Jakarta. Presiden Jokowi menargetkan Indonesia bisa lolos dari jebakan Income Middle Trap (Jebakan negara berpendapatan menengah) pada 2045.
Pengamat Ekonomi Universitas Moestopo Jakarta, Dr. Usmar menyatakan, Indonesia bisa keluar dari Income Middle Trap, bila pertumbuhan ekonomi konstan naik dengan kisaran pertumbuhan minimal 6 hingga 7 % pertahun.
“Syarat sederhananya adalah apabila Pertumbuhan Ekonomi kita Konstan sampai dengan tahun 2045 itu naik dengan kisaran pertumbuhan minimal sekitar 6 % sd 7 % per tahun. Padahal beberapa tahun lalu ini capainnya kan cuma berkisar 5-5,5% doang,” kata Usmar, Senin (6/7) malam.
“Nah sekarang dalam kondisi Covid-19 ini, ekonomi kita sudah gak minus aja dah bagus, mungkin kalau pun tumbuh sekitar 2-3 %,” ujarnya.
Di samping itu, Usmar menyatakan, Indonesia bisa dianggap negara maju bila Income perkapitanya di atas US $.12.750.
“Indonesia belum bisa dianggap negara maju. Paling tinggi Income perkapitanya antara US$3.000 hingga US$12.000,” kata Usmar.
Berdasarkan data Bank Dunia, dari 101 negara berkembang, baru 13 negara yang bisa keluar dari jebakan pendapatan menengah. Di Asia salah satunya ialah Korea Selatan.
“Nah kalau pendapatan nasional bruto per kapita (gross national income) naik dari $3.840 menjadi $4.050 itu berarti masih dalam sebutan Income middle trap,” lanjutnya.
Oleh karena itu, pemerintah Jokowi harus bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi minimal 6 persen pertahun.
Dalam hal ini, Jokowi pun sudah mengikuti rumus Bank Dunia untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan potensi SDM Indonesia.
“Dengan saat ini Indonesia memperoleh Bonus Demografi, dan kemampuan generasi milenial memanfaatkan IT, Bank Dunia meramal dan buat nyenangin kita, bahwa sebenarnya tahun 2036 kita bisa bebas dari middle income trap itu,” katanya.
“Mereka menyarankan ada 2 langkah struktural dapat dilakukan, yaitu dengan mempermudah investasi dan meningkatkan produktivitas. NAH itulah pertimbangan yang sering diomongin Jokowi mempermudah investasi dan memang ini sudah semakin larut dalam mekanisme ekonomi Pasar,” pungkasnya.
(HY)