Channel9.id, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, tingkat inflasi di pedesaan mencapai 0,35 persen. Inflasi ini disebabkan oleh sejumlah faktor yang hampir sama dengan penyebab inflasi di perkotaan, seperti cabai merah, bahan bakar minyak (BBM) dan rokok.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, cabai merah memberikan andil 0,14 persen. Sedangkan untuk rokok menyumbang 0,03 persen atau lebih besar dibandingkan di perkotaan.
“Inflasi pedesaan 0,35 persen. Penyebab utamanya, pertama, karena harga cabe merah andil 0,14 persen karena kita tahu bahwa cabai sangat dipengaruhi musim. Jadi secara general penyebab uutamanya sama dengan kota, cabai merah, cabai rawit dan bensin juga ada rokok kretek filter 0,03 persen. Kalau di kota sumbang 0,01 persen, di desa 0,03 persen,” ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (1/11/2018).
Faktor kedua, yaitu kenaikan harga gabah. Hal ini ditunjukkan nilai tanaman pangan meningkat 0,82 persen karena kenaikan harga gabah, selain juga kenaikan harga jagung, ketela pohon dan ubi jalar. Ini memuat harga komoditas tersebut di tingkat konsumen juga naik.
“Idealnya harga produk pertanian naik supaya menguntungkan petani. Tapi bagaiaman caranya sampai ke konsumen tetap pada harga yan wajar. Meski ada margin yang diambil, tapi kalau rantai pedagangan bisa lebih efisien tentu bisa meningkatkan pendapatan petani dan juga lindungi konsumen,” ungkap dia.
Sementara untuk kontribusi komoditas besar terhadap inflasi hanya sebesar 0,05 persen. Menurut Suhariyanto, angka tersebut relatif kecil kontribusinya.
“Di pedesaan ada sumbangan beras 0,05 persen. Petani kita juga ada yang menyimpan dikit dan ada yang menjual langsung sesuai kebutuhan kemudian beli lagi. Jadi ada sumbangan seperti di kota, tapi karena angkanya kecil jadi saya pikir tidak masalah. Dengan stok yang tahun ini lebih bagus saya rasa akan oke,” tandas dia.