Channel9.id-Jakarta. Sampah masih menjadi masih menjadi persoalan rumit bagi pemerintah. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah juga masih rendah. Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) menggagas sistem pengolahan sampah berbasis digital, dalam upaya membantu pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah Jawa Barat (Pemda Jabar), menghadapi persoalan menahun ini.
Ketua Umum IPI, Pris Lolyy Lengkong menggatakan, masyarakat umumnya malas untuk memilah sampah.
“Ini yang jadi persoalan. Melalui aplikasi ini, kita dorong masyarakat, agar mau memilah sampahnya,” ujarnya di sela pelatihan aplikasi Greeny di kawasan Setiabudhi, Kota Bandung, Rabu (17/02).
Melalui aplikasi Greeny yang telah diluncurkan Januari 2021 lalu, IPI mengajak masyarakat memilah sampah langsung dari sumbernya. Tak hanya itu, Greeny juga memberikan manfaat langsung bagi masyarakat berupa uang tunai dari sampah yang dipilahnya.
Pris menyebut, melalui kehadiran Greeny, pihaknya pun ingin mengangkat derajat para pemulung yang selama ini kerap dipandang sebelah mata karena identik dengan kotor dan kumuh hingga seringkali diperlakukan tidak layak.
“Padahal, selama ini pemulung merupakan orang yang mendedikasikan setiap saat waktunya untuk membersihkan sampah orang lain,” ujarnya.
Pris menuturkan, melalui aplikasi Greeny, pemulung memasuki era teknologi 4.0 dimana mereka bisa bekerja dengan lebih layak, seperti menggunakan seragam, kendaraan untuk mengambil sampah, dan gadget yang memadai serta penghasilan yang lebih baik.
“Selain itu, pemulung 4.0 ini nantinya akan dibuat lebih beredukasi untuk menjamin kenyamanan masyarakat,” katanya.
Founder Greeny, Boy Tjakra mengatakan, Greeny memudahkan pengolahan sampah non-organik dengan tujuan peningkatan kualitas lingkungan hidup melalui teknologi informasi dan komunikasi.
Baca juga: LIPI: Banyak SampahMedis Dibuang Sembarangan
Bahkan, Greeny juga memanfaatkan jasa layanan perbankan. Pasalnya, Greeny adalah platform yang mampu mengubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai uang. Aplikasi tersebut, memberikan solusi untuk lingkungan hidup dan memberikan penghasilan kepada warga serta memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat sebagai mitra dan pelapak sampah.
“Setiap pengguna Greeny hanya cukup menempatkan sampah plastik, kertas, dan logam ke dalam wadah yang telah disediakan oleh Greeny di setiap rumah pengguna aplikasi,” ujarnya.
Boy menjelaskan, sampah non-organik yang dimasukan ke dalam wadah telah dikelompokan seperti plastik, kertas, dan logam. Setelah wadah sampah pengguna penuh, pengguna aplikasi tinggal menekan tombol untuk memanggil mitra melalui fitur kontak, chat maupun WhatsApp.
Mitra kemudian akan menjemput sampah non-organik setiap saat yang diinginkan pengguna aplikasi Greeny. Setelah mitra memeriksa dan menimbang secara akurat bersama pengguna aplikasi atau warga, mitra akan menutup rapat polybag yang dilanjutkan dengan scan quick response (QR).
“Seluruh data informasi sampah tersebut disampaikan melalui kode QR pada aplikasi dimana informasi tersebut juga secara otomatis diterima pada aplikasi Greeny, warga, mitra, RW, dan pelapak Greeny,” paparnya.
Dengan aplikasi Greeny, semua elemen yang terlibat seperti warga, RW, mitra, dan pelapak akan mendapat manfaat dari sistem transaksi ini. Pengguna aplikasi pun dapat menarik tunai setiap saat untuk berbagai kebutuhan di dalam aplikasi doku yang sudah ditentukan oleh Greeny.
“Selain warga, lingkungan pun ikut merasakan manfaat dari aplikasi Greeny ini karena ikut membantu pemerintah dalam pengelolaan sampah,” katanya.
Sementara itu, Kepala Seksi Persampahan Dinas Perumahan dan Pemukiman Provinsi Jabar, Dadang memaparkan, saat ini, timbunan sampah yang dapat tertangani hanya sekitar 30,31 persen.
Dadang pun mengapresiasi terobosan yang dilakukan oleh IPI lewat pengembangan pengolahan sampah berbasis digital tersebut. “Kami sekarang dituntut menyelesaikan persoalan ini makanya kita gandeng berbagai komunitas termasuk dari Greeny, agar secara nyata bisa ikut serta menyelesaikan masalah” tandasnya.