ITS Kembangkan Alat Tes Covid-19 yang Deteksi Bau Keringat
Techno

ITS Kembangkan Alat Tes Covid-19 yang Deteksi Bau Keringat

Channel9.id-Jakarta. Guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Riyanarto Sarno telah mengembangkan alat pendeteksi virus Corona melalui bau keringat ketiak, yakni i-nose c-19.

Setelah dipresentasikan di hadapan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro di Jakarta, Selasa (19/1) lalu, inovasi tersebin didukung untuk dikembangkan hingga lulus uji edar. Saat persentasi ini, turut hadir pula Wakil Rektor IV ITS Bambang Pramujati, Ketua Majelis Wali Amanat ITS Muhammad Nuh, dan sejumlah tim pengembang dari ITS.

Baca juga : GeNose, Alat Tes Covid-19 Murah dan Efektif Buatan Indonesia

i-nose c-19 sendiri masih di tahap uji profil. Setelah itu, masih diperlukan banyak sampel pengujian dan sejumlah tahap hingga akhirnya dipasarkan. Percepatan pengembangan alat ini begitu penting, menimbang hasilnya yang cepat dan murah.

“Sampai sekarang, sudah ada enam i-nose c-19 yang berhasil diproduksi. Namun diperlukan sekitar 10 – 20 alat untuk kebutuhan pengujian sampel yang lebih banyak ke depannya. Alhamdulillah dari kementerian (Kemenristek/BRIN, red) mendukung dalam pembuatan alat baru dan operasionalnya nanti,” ujar Riyanarto, Kamis (21/1).

Ia mengaku terkendala, salah satunya ialah adanya kekosongan komponen yang biasanya tersedia di Indonesia. “Sehingga harus impor dari negara lain yang membutuhkan waktu lebih lama,” ujarnya.

Lebih lanjut, Riyanarto memaparkan kinerja i-nose c-19. Alat ini memanfaatkan kecerdasan buatan untuk memproses sampel dari bau keringat ketiak. “Bau keringat akan diubah menjadi sinyal listrik yang kemudian diklasifikasikan menggunakan AI,” sambungnya.

Selain itu, ada fitur near-field communication (NFC) yang memudahkan pengisian data hanya dengan menempelkan e-KTP pada alat deteksi cepat Covid-19. Penggunaan cloud computing sebagai penyimpan data ini mendukung i-nose c-19 untuk terintegrasi dengan publik, pasien, dokter, rumah sakit maupun laboratorium.

Setelah memasukkan nomor telepon, sertifikat elektronik yang menunjukkan hasil tes positif atau negatif akan dikirimkan secara daring. Adapun pemeriksaan hanya membutuhkan waktu kurang lebih 3,5 menit.

Riyanarto berharap, semoga i-nose c-19 bisa segera dikomersialisasikan dalam waktu maksimal tiga bulan ke depan. “Melihat semakin meningkatnya penyebaran virus Covid-19 ini, dunia tentunya sangat membutuhkan banyak teknologi screening yang mudah dan cepat untuk diimplementasikan,” tuturnya.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  38  =  40