Channel9.id-Jakarta. Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menegaskan bahwa sejak awal aspek kesehatan masyarakat merupakan prioritas utama pemerintah. Selama tujuh bulan terakhir pemerintah bekerja keras menghadapi tantangan besar berupa pandemi.
Pemerintah harus bertindak cepat dalam mengatur keseimbangan antara penanganan pandemi tersebut dan pemulihan ekonomi.
“Kesehatan masyarakat, kesehatan publik, tetap nomor satu, tetap yang harus diutamakan. Ini prioritas,” ujarnya melalui pernyataan yang diunggah di akun YouTube Sekretariat Presiden pada Sabtu (03/10).
Kepala Negara menuturkan, pemerintah juga mengeluarkan tindakan untuk meminimalkan dampak ekonomi yang ditimbulkan akibat pandemi.
“Jika kita mengorbankan ekonomi, itu sama saja dengan mengorbankan kehidupan puluhan juta orang. Ini bukan opsi yang bisa kita ambil. Sekali lagi, kita harus mencari keseimbangan yang pas,” tuturnya.
Menurut Jokowi, pemerintah selalu berupaya memperoleh dan menjaga keseimbangan itu melalui langkah-langkah dan kebijakan yang diambil.
Ia menilai, penanganan pandemi di Indonesia tidaklah buruk. Tentunya perbandingan yang digunakan untuk menilai hal itu haruslah tepat.
Baca juga: Perekonomian Indonesia Kuartal II Minus Sampai 51 persen
“Kalau Indonesia dibandingkan dengan negara kecil yang penduduknya sedikit, tentu perbandingan seperti itu tidak menggambarkan keadaan sebenarnya,” jelasnya.
“Dalam hal ekonomi, pencapaian kita juga tidak jelek. Ekonomi kita menurun, betul. Ini fakta. Tapi mana ada negara yang tidak menurun ekonominya (dalam situasi ini). Bahkan, ada banyak negara lain yang harus memikul beban ekonomi lebih parah,” imbuhnya.
Diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal 2 2020 yang mencatat pertumbuhan negatif 5,3 persen. Sementara di negara tetangga, Malaysia, mencatat pertumbuhan minus 17,1 persen. Selanjutnya Filipina dengan minus 16,5 persen, Singapura yang minus 13,2 persen, hingga Thailand dengan minus 12,12 persen.
Adapun di tingkat global, juga banyak negara yang mengalami pertumbuhan negatif dengan angka yang jauh lebih besar seperti India yang bertumbuh negatif 23,9 persen hingga Amerika Serikat dengan pertumbuhan negatif 9,5 persen.