Channel9.id-Jakarta. Seiring dengan kejelasan regulasi kendaraan listrik, saham emiten produsen nikel yakni PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), dan PT Central Omega Resources Tbk. (DKFT) kompak ditutup melesat pada perdagangan Jumat (9/8).
Industri nikel Tanah Air memang akan terkena sentimen positif dengan aktivitas pembangunan pabrik kimia, terutama untuk memproduksi baterai bagi kendaraan listrik atau baterai electric vehicle (EV).
Pada penutupan perdagangan sesi II Jumat (9/8), saham ANTM naik 4,41% ke level Rp 1.065 per saham. Saham ANTM dalam sepekan terakhir meroket hingga 18,33%.
Demikian pula dengan saham INCO, hari ini ditutup menguat 4,50% di level Rp 3.250 per saham dan sepekan ini naik 12,46%.
Sementara saham DKTF melesat naik 8,57% di level Rp 228 per saham, dan dalam sepekan terakhir naik 14%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditutup menguat 0,12% di level 6.282,13, kendati sepekan minus 0,92% karena pada Senin-Selasa pekan ini ambruk.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menegaskan telah meneken Peraturan Presiden (Perpres) kendaraan berbasis listrik pada Senin (5/8). Hal ini kemudian menjadi pemicu melambungnya harga saham emiten nikel.
“Sudah-sudah. Udah saya tanda tangan [Perpres kendaraan listrik] Senin pagi,” kata Jokowi, usai meresmikan Gedung Sekretariat ASEAN di Nusantara Hall, Gedung Sekretariat ASEAN, Jakarta Selatan, Kamis (8/8).
Aneka Tambang juga menandatangani kesepakatan awal (Head of Agreement/HOA) dengan dua perusahaan asal China, yakni Zhejiang Huayou Cobalt Company dan Shandong Xinhai. Kerjasama ini dalam rangka menggencarkan proyek hilirisasi.
Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo dalam keterangannya menjelaskan kesepakatan pertama dengan pemasok kobalt swasta Zhejiang Huayou Cobalt Company Ltd untuk memproses nikel untuk katoda, yang digunakan sebagai salah satu bahan untuk baterai kendaraan listrik (EV). Diperkirakan, kerja sama ini akan membutuhkan investasi sekitar US$ 6 miliar-US$ 12 miliar.
Tak hanya kerja sama Antam ini, INCO juga akan membangun pabrik di Pomalaa (Sulawesi Selatan) bersama dengan perusahaan Jepang Sumitomo Metal Mining Co Ltd. Saat ini kedua perusahaan sedang dalam tahap feasibility study yang akan memakan waktu 1-2 tahun.