Channel9.id-Jakarta. Kesadaran akan keamanan siber di Indonesia tergolong rendah. Demikian menurut Chairman and Co-Founder Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Adri Sutedja.
Hal tersebut, kata dia, tercermin dari adanya ketimpangan anggaran penggunaan telekomunikasi dan layanan digital, dengan anggaran untuk membangun keamanan siber oleh berbagai sektor industri.
“Investasi untuk layanan digital meningkat, infrastruktur juga meningkat, tapi cyber security tidak dipikirkan. Nah, sementara kita sebagai user teknologi kita jadi berhadapan dengan risiko yang mungkin kita sendiri tidak siap untuk menghadapinya,” ujar Adri, di seminar daring, Jumat (23/10).
Adri menjelaskan bahwa ancaman kejahatan siber mengintai sejumlah sektor, dari pemerintahan, pelaku industri, hingga individu. Jenis kejahatannya pun bermacam-macam, seperti kebocoran data pribadi, peretasan, penipuan, dan lainnya.
Baca juga : WhatsApp Business Akan Pungut Biaya dari Pengguna
Pencurian data kerap terjadi ketika pengguna smartphone mengunduh aplikasi–khususnya dari tempat tidak resmi dan saat pengguna memberi akses ke perangkat. Selain itu, kebocoran data juga bisa terjadi ketika perangkat tersambung ke jaringan WiFi yang tidak terenkripsi optimal. Dari akses ini, peretas bisa mencuri informasi pemilik perangkat.
“Ada phising melalui SMS, itu disebut SMIShing itu ada. Itu sekarang lagi marak orang biasanya menawarkan angin surga di SMS. ‘Wah Anda menang undian sekian ratus juta untuk mendapatkan informasi lebih lanjut klik di sini’, ketika Anda klik link yang diberikan, nah itu udah malicious, link itu bisa mengandung spyware, malware, dan beragam yang bisa membahayakan ke sistem kita,” jelas Adri.
Kerja dari rumah atau work from home (WFH), menurut Adri, berandil dalam peningkatan ancaman siber. Pasalnya, orang-orang bekerja melalui koneksi internet di luar kantor yang keamanannya tak terjamin. Sehingga rentan kebocoran data rentan terjadi.
Sementara itu, Senior Director of Lookout Security Engineering International Tom Davison mengatakan, aktivitas dan pergerakan seseorang bisa dilacak dengan jelas dan mudah melalui perangkat mobilenya. Hal itu bisa terjadi ketika komponen-komponen aktif pada perangkat, seperti kamera dan mikrofon diretas.
“Jika saya bisa mencuri (akses) sistem pengawasan pada perangkat Anda, saya bisa mengakses kamera, mikrofon, SMS, kalender, lokasi. Dengan begitu saya bisa mengikuti jejak Anda. Apalagi jika Anda merupakan seseorang yang punya jabatan penting, seperti eksekutif senior perusahaan, Anda akan menjadi target yang menarik,” terang Tom.
Lebih lanjut, ia mengingatkan agar para pengguna perangkat mobile harus berhati-hati dalam menggunakan mobile banking. Sebab, ketika data kredensial tercuri, aplikasi mobile banking bisa ditembus dan tabungan bisa dicuri.
(LH)