Oleh: Dr. Rahmat Edi Irawan., S.Pd., M.IKom
Channel9.id – Jakarta. Salah satu kekuatan media massa, dan sekarang diikuti juga dengan media sosial, adalah kemampuan mereka menggiring opini publik, sehingga sesuai dengan agenda setting yang mereka buat. Tidak heran, mereka yang mengelola, memiliki atau yang mengkooptasi media akan selalu menggunakan kekuatan media untuk mempengaruhi khalayak atau masyarakat. Sayangnya, terkadang apa yang diopinikan jauh panggang dari api, karena tidak didukung fakta atau realitas yang ada di lapangan atau di tengah masyarakat.
Banyak politisi yang hadir hanya sekedar menggalang opini publik dari media massa atau media sosial. Tidak jarang, kemampuan atau kualitas mereka juga apa adanya. Namun, kemampuan mereka menggjring opini publik, membuat masyarakat seolah terpana dan terpengaruh dengannya.
Sayangnya, hal yang sama kini juga kita lihat ada pada dunia hukum. Banyak public figure yang dengan modal ketenarannya, justru membuat pernyataan-pernyataan yang seolah dirinya benar, orang lain salah, bahkan menyalahkan sistem atau pranata yang berlaku. Ironisnya, apa yang disampaikannya justru dianggap masyarakat adalah sebuah kebenaran.
Belum sampai di public figure, kini juga banyak pengacara yang tengah menangani perkara kliennya, juga melakukan hal yang sama. Mereka sibuk beropini, mencari-cari kesalahan seseorang, aparat, atau sebuah sistem yang betlaku. Saking sibuknya mempublikasikan opini di berbagai media, mereka justru seolah lupa untuk mengejar berbagai pembuktian yang benar, untuk memenangkan perkara di pengadilan.
Tentu saja tidak ada yang melarang orang beropini. Tapi jika Anda menyinggung atau menuding orang atau pihak lain tanpa dasar, maka bersiaplah Anda, berhadapan dengan konsekuensi hukumnya. Jadi daripada sibuk beropini, ayo gunakan akal sehat, untuk mencari pembuktian yang benar, yang bisa digunakan di pengadilan nantinya.
Penulis adalah Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bina Nusantara