Channel9.id – Jakarta. Mantan Napi Teroris Amir Abdul Haris menyatakan, organisasi Rohani Islam (Rohis) di tingkat sekolah menengah atas menjadi salah satu tempat kaderisasi kelompok radikal. Berdasarkan pengalamannya, Rohis menjadi wadah kelompok tersebut merekrut kader-kader muda.
“Seorang guru, bukan guru agama padahal, dia guru matematika, tapi saya lihat ada kelebihan dari sisi agama, saya tertarik dalam kegiatan Rohis di SMA Jakarta karena dia. Dan ternyata jaringan kelompok mereka tidak hanya nasional, tapi juga berhubungan dengan organisasi luar. Ini saya tahu setelah guru yang merekrut saya punya hubungan radikal bukan hanya nasional tapi international. Satu dua bulan merekrut saya, dia berjihad ke Afganistan selama 6 tahun,” kata Amir dalam diskusi daring ‘Menghalau Kaderisasi Kelompok Intoleran dan Radikal di Lingkungan Sekolah’, Senin (28/9) malam.
Amir menjelaskan, kelompok radikal tersebut memang sengaja mencari kader-kader muda yang militan untuk berjuang mendirikan Negara Islam. Para siswa yang baru masuk SMA menjadi incaran mereka, sebab anak muda dinilai kader potensial.
“Sasarannya adalah tahun ajaran baru untuk siswa yang baru masuk. Waktu dulu saya megang di OSIS dan Rohis, ada satu kegiatan yang wajib diikuti. Dia wajib mengikuti training 3 hari yang Rohis adakan. Itu menjadi peluang untuk merekrut kader sebanyak banyaknya. Cukup berhasil dan cukup masif,” kata Amir.
“Saya pernah menjadi Ketua Rohis dan membina Rohis setelah alumni, dan membina Rohis se-Jakarta. Karena memang begini, semua gerakan apapun radikal emang sasarannya adalah generasi muda. Generasi muda menjadi aset nomor 1 dalam gerakan,” kata Amir.
Menurut Amir, generasi muda menjadi sasaran karena diharapkan bisa menyebarkan paham-paham radikal setelah lulus dari SMA. Di manapun kader itu berada, generasi muda akan menyebarkan paham itu.
“Itu yang menjadi motivasi sehingga sebanyak banyak mungkin kita bina anak SMA supaya aman. Artinya ketika beranjak ke mahasiswa, pindah ke kampus mana pun dia diharapkan menularkan paham paham yang sudah di bawa,” ujarnya.
Amir menjelaskan, biasanya kelompok tersebut menggunakan berbagai metode dan program untuk merekrut anggotanya. Salah satunya adalah program Ikhwan dan Kawan.
“Dulu ada program ikhwan dan kawan. Ikwan sudah masuk dalam lingkungan gerakan, sudah komitmen terhadap gerakan sedangkan kawan menjadi sasaran kita,” ujarnya.
Namun, Amir menilai saat ini penyebaran paham itu sudah lebih efektif karena adanya media sosial.
“Metode lain yang paling efektif adalah media sosial, mungkin saja adik adik sekarang yang ada di Rohis sudah membuat grup di WA, itu lebih bahaya. Kalau dulu andalanya bimbingan belajar. Jadi adik adik kelas ini kita usahakan ikut bimbingan belajar yang kita buat. Guru guru yang menjadi mentornya temen temen yang senior lah, ada yang lulus atau yang masih aktif itu kaka kelas. Kalau sudah masuk perangkap itu sudah aman,” pungkasnya.
(HY)