Channel9.id-Myanmar. Pasukan junta militer melepaskan tembakan di beberapa titik terjadinya unjuk rasa anti-militer pada hari Minggu (2/5/2021), menyebabkan delapan orang tewas, lapor media lokal.
Para pengunjuk rasa telah berkoordinasi dengan komunitas-komunitas Myanmar lainnya di seluruh dunia, ia sebut operasi itu sebagai “lahirnya revolusi Myanmar sedunia”.
“Guncangkan dunia dengan suara persatuan Myanmar,” kutip pernyataan dari organisator anti-militer.
Arus demonstran memenuhi jalanan kota di seluruh penjuru negeri, beberapa diantaranya adalah para biksu Buddha. Di Yangon dan Mandalay dilaporkan dua orang meninggal karena tertembak, lapor agensi berita Mizzima.
Baca juga : Dua Pangkalan Udara Myanmar Diserang
Berita Irrawaddy sebelumnya juga memposting foto seorang pria, yang dikatakan sebagai seorang petugas keamanan dengan kaos oblong, sedang membidikan senjata di Mandalay.
Tiga orang dlaporkan meninggal di pusat kota Wetlet, lapor Myanmar Now dan juga dua lainnya di kota daerah Shan. Satu orang juga dilaporkan meninggal di kota Hpakant, kota penambangan giok, lapor Kachin News Group.
Perang dengan kaum etnis minoritas di daerah utara dan timur Myanmar semakin memanas semenjak terjadinya kudeta. Perang itu menyebabkan puluhan ribu terlantar, menurut laporan dari PBB.
Di beberapa tempat, penduduk dengan senjata seadanya melawan balik pasukan junta militer. Sedangkan di daerah pusat, fasilitas militer dan pemerintah yang aman selama generasi ke generasi telah diserang dengan roket dan juga ada ledakan-ledakan kecil disana.
Media Khit Thit melaporkan ada sebuah ledakan di luar markas kepolisian Yangon pada hari Minggu. Mobil-mobil dilaporkan terbakar, namun tidak ada informasi perihal apakah ada korban yang jatuh atau tidak.
Kemudian, ada dua ledakan di Yangon, satunya diluar rumah dinas seorang pejabat dan melukai satu orang, lapor Irrawaddy, satunya ledakan itu terjadi di luar rumah seorang pebisnis terkenal, lapor portal berita Shan.
Broadcaster yang dikendalikan oleh Myanmar, sore harinya menuliskan berita pada hari Sabtu yang memberikan rincian setidaknya ada 11 ledakan dalam kurun waktu 36 jam, kebanyakan terjadi di Yangon.
“Beberapa pengujuk rasa yang tidak menginginkan adanya stabilitas di Myanmar telah melemparkan dan menanamkan bom rakitan ke gedung-gedung pemerintah dan jalanan umum,” kutipnya.
(RAG)