Techno

Mantan Karyawan Meta: Perusahaan Diam-Diam Bisa Mengakses Konten yang Sudah Dihapus

Channel9.id-Jakarta. Mantan karyawan Meta menggugat Meta (dulu Facebook) secara hukum. Melalui gugatan itu, ia mengatakan bahwa Meta membuat protokol untuk “menarik” unggahan yang dihapus oleh pengguna tertentu. Lebih jauh lagi, gugatan itu mengatakan bahwa Meta mungkin melanggar undang-undang privasi di Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Gugatan itu dilayangkan oleh Brennan Lawson, mantan karyawan Meta dan veteran Angkatan Udara AS. Ia mengaku pernah dipekerjakan sebagai senior di Risk & Response Escalations Specialist dalam Operasi Komunitas di tim Escalations Facebook pada 2018 lalu. Dilansir dari Gizmodo, Lawson mengatakan dirinya selalu melihat “konten yang sangat mengerikan,” termasuk pemenggalan kepala dan pemerkosaan anak. Pekerjaannya mirip dengan moderator konten yang dibayar rendah dan banyak bekerja, yang terlibat dalam menentukan apakah postingan harus dihapus.

Menurut gugatan itu, pada pertemuan tim Escalations di 2018, seorang manajer Facebook memberi tahu Lawson tentang alat baru yang “memungkinkan mereka menghindari protokol privasi Facebook untuk mengakses data yang dihapus pengguna.” Alat yang digambarkan sebagai “protokol back-end” diduga memungkinkan Lawson dan timnya mengambil data yang dihapus di aplikasi Messenger Meta. Protokol itu rencananya dirilis sekitar November 2018 dan bisa digunakan untuk mengakses riwayat Messenger milik pengguna, termasuk anak-anak yang menggunakan aplikasi Messenger Kids.

Sementara itu, Meta tak menanggapi serangkaian pertanyaan mengenai protokol dan gugatan yang dituduhkan. Juru bicara Meta hanya mengatakan, “klaim ini tidak berdasar dan kami akan membela diri melawan mereka.”

Alat itu bisa mengakses data dari Messenger dengan memanfaatkan celah aplikasi, dan tak menggunakan back-end standard Meta—yang biasanya bisa mencegah akses ke data yang dihapus. Dalam praktiknya, operator seperti Lawson sering menggunakan alat ini untuk memenuhi permintaan penegak hukum. Menurut gugatan itu, aparat penegak hukum akan mengajukan data tentang tersangka, yang mencakup kepada siapa tersangka mengirim pesan, kapan pesan dikirim, dan dalam beberapa kasus, bahkan isi pesan tersebut.

“Singkatnya, Facebook sekarang bisa mengakses data yang dihapus pengguna secara permanen—seperti seluruh riwayat pengguna tentang apa yang dianggap sebagai pesan pribadi dan yang dihapus,” kata gugatan tersebut.

Lawson angkat bicara dalam salah satu pertemuan timnya dan mempertanyakan legalitas alat tersebut. Menurutnya, deskripsi alat tersebut melanggar perintah Komisi Perdagangan Federal (FTC) 2012, yang melarang Facebook untuk menyelewengkan data pengguna. Pun melanggar ketentuan “Hak untuk Dilupakan” Uni Eropa dalam Peraturan Perlindungan Data Umum. Meskipun Hak untuk Dilupakan memang memastikan pengguna bisa meminta untuk menghapus data, ini secara eksplisit mengecualikan pekerjaan yang dilakukan oleh penegak hukum “untuk kepentingan umum.”

Terlepas dari itu, Lawson mengatakan dirinya dipecat tak lama setelah menyampaikan kekhawatirannya. Sementara itu, Meta secara resmi memecat Lawson karena dugaan penyalahgunaan salah satu alat admin pengguna perusahaan. Lawson tak setuju alasan itu, dan ia percaya dirinya dipecat lantaran melapor. Kini ia meminta kompensasi lebih dari $3 juta ditambah ganti rugi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  2  =  8