Channel9.id – Jakarta. Publik dihebohkan dengan penipuan skema ponzi terbesar dalam sejarah yang terjadi di Amerika Serikat dengan terdakwa Bernard Madoff. Tak tanggung-tanggung, korban penipuannya tak kurang 37 ribu orang di 136 negara dengan total perkiraan kerugian mencapai 64,8 miliar dolar.
Managing Director Indoplus Communication Edy Budiyarso mengatakan di era digital ini kejahatan nyaris menjadi sempurna. Dia pun berpesan agar kita terus waspada dan terus kritis karena kejahatan sangat marak di dunia maya.
“Kita harus kritis, tidak mudah percaya. Jangankan kita di Amerika aja yang tertipu bahkan penerima hadiah nobel dan atlet NBA. Harus dicek and ricek terus,” ujar Edy dalam acara Gerakan Nasional Literasi Digital bertajuk “Tips dan Trik Penipuan Daring”, Rabu (6/10).
Dikatakannya, penipuan dunia digital dan investasi bodong tidak hanya marak di Amerika, melainkan juga di Indonesia bahkan sampai ke daerah-daerah.
Baca juga: Bernard Madoff. Penipu Skema Ponzi Terbesar Meninggal
“Baik investasi yang terdaftar di OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sampai yang bodong. Sudah sampai ke daerah-daerah. Yang pasti skema kejahatan ini adalah iming-iming keuntungan yang besar. Iming-iming ini harus diwaspadai,” ujarnya.
Berdasarkan data Polri, sebanyak 28 persen penipuan datang dari penipuan online.
“Inilah yang harus diingatkan kepada kerabat dan orang tua untuk selalu waspada jika ada iming-iming investasi yang bunganya besar. Jika bunganya 2 kali lipat dari bunga bank harus sangat diperhatikan. Bunga bank sekarang sekitar 4 persen jika mau deposito, jika menawarkan 15 persen kita harus hati-hati,” ungkapnya.
Sementara itu, ada beberapa modus penipuan yang kerap muncul dan menyerang pengguna. Dosen Universitas Sriwijaya Anang Dwi Santoso mengungkap setidaknya ada 4 modus penipuan online yang marak di Indonesia. Pertama, Phishing merupakan kejahatan siber yang kerap ditemui oleh masyarakat Indonesia. Kejahatan ini dilakukan oleh oknum dengan menghubungi calon korbannya melalui email, telepon, atau pesan teks dengan mengaku dari lembaga resmi.
“Selain melalui email dan situs web, phishing juga bisa dilakukan melalui suara (vishing), SMS (smishing) dan juga beberapa teknik lainnya yang terus-menerus akan diperbarui oleh para penjahat dunia maya,” ujarnya dalam acara tersebut.
Kedua, Pharming yaitu kejahatan siber yang bisa dikatakan lebih berbahaya dibandingkan phishing. Saat phishing mengarahkan calon korbannya untuk memberikan data, pharming akan mengarahkan mangsanya ke sebuah situs web palsu sebelum para korban menyadarinya.
“Caranya pun bisa dikatakan sangat rumit. Ketika calon korbannya masuk ke dalam website tersebut, secara tak langsung entri DNS yang diklik oleh pengguna akan tersimpan di komputer dalam bentuk cache. Dengan cara ini, sebuah perangkat akan dengan mudah diakses oleh pelaku.
Ketiga, money mule. Menurut dia, kejahatan siber ini diprediksi bisa meningkat selama masa pandemi kali ini. Hal ini dikarenakan saat ini banyak orang yang sedang membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan para penjahat money mule untuk melancarkan serangannya.
“Dalam prakteknya, oknum money mule akan meminta korbannya untuk menerima sejumlah uang ke rekening untuk nantinya ditransfer ke rekening orang lain. Bahkan, oknum pelaku juga mempersilahkan korbannya untuk menyimpan sebagian uang. Memang menarik, namun pencucian uang ini merupakan bentuk kejahatan,” paparnya.
Kemudian ada Sniffing, yaitu kejahatan siber yang rumit dan biasanya mengincar data-data pada komputer korbannya.
“Hampir mirip dengan penyadapan kabel ke jaringan telepon, seorang sniffer akan meretas untuk mengumpulkan informasi secara ilegal lewat jaringan yang ada pada perangkat korbannya,” tuturnya.
IG