Opini

Ngeri-ngeri Sedap Deal dengan Oligarts Global

Oleh: Rudi Andries*

Channel9.id-Jakarta. Banyak orang mungkin kaget kalau dikatakan bahwa total investasi AS di China diperkirakan mencapai USD 6 trillion atau 6 kali dari PDB. Itu berlangsung dari tahun 2000 sampai 2021. Tahun 2021 saat masih COVID, investasi AS di China mencapai USD 180 miliar Itu setara dengan total investasi Indonesia (swasta dan negara). Tapi harus dicatat, yang invest itu bukan AS sebagai negara. Tetapi private atau korporate AS.

Ambil contoh, pabrik Apple/Iphone di Zhengzhou, provinsi Henan. Komplek pabrik sangat luas menampung pekerja sekitar 350.000 orang. Sama dengan jumlah penduduk kota di Sumatera. Atau sama dengan jumlah penduduk di Brunei. Mereka menyebut Iphone City. Pabrik Iphone semacam ini ada 12 di China. Coba taksir berapa juta orang bekerja di pabrik Apple itu, dan berapa juta orang mendapatkan kemakmuran dari adanya multiplier effect atas berdirinya pabrik itu. Total market cap Iphone sebelum COVID mencapai diatas USD 1 trillion.

Siapa pemegang saham Iphone? Vanguard Group Inc dan BlackRock Inc. Siapa nama di balik itu? Larry Fink dan John Clifton “Jack” Bogle. Dua orang ini mengelola aset di atas USD 20 trillion. Itu sama dengan semua PDB seluruh negara ASIA. Anda tahu berapa banyak orang sekelas mereka? ada sekitar kurang lebih 50 orang.

Di China ada 10 besar perusahaan AS beroperasi, di samping Apple ada juga Boeing, Caterpillar, GM, Microsoft, Nike, Ford, Microsoft, CHEVRON, JP Morgan, dan Citicorp. Saat Gary Cohn yang mantan CEO Goldman, mengundurkan diri sebagai penasehat ekonomi Trumps karena protes terhadap Trumps yang umumkan perang dagang dengan China, Trump pun hanya bertahan satu periode.

Mengapa para konglomerat AS nyaman saja di China. Itu karena mereka mendapatkan return di atas bunga bank, atau dua kali bila dibandingkan investasi mereka di AS atau Eropa. Terus kenapa mereka tidak ikut mempengaruhi politik kekuasaan di China? ya karena pertama, mereka hanya bisa pengaruhi lewat media. Sementara media massa elektronik, internet dan media konvensional di kendalikan ketat oleh pemerintah China. Rakyat tidak bisa terprovokasi dalam persepsi kapitalisme. Kedua. China mengendalikan kurs dan mata uang. Jadi China gak bisa diteror kurs akibat pasar bebas. Makanya rezim sangat kuat. Namun China bisa menjamin stabilitas kurs dan valas selalu tersedia sesuai kebutuhan, membuat investor nyaman. Untuk apa terbuka dan bebas seperti Indonesia tapi valas sulit dan kurs volatile.

Pertanyaan berikutnya, kenapa sekian lama Perang Rusia dan Ukrania, tidak membuat Rusia bangkrut karena di embargo ekonominya oleh AS dan mitranya? Malah Rusia semakin menguat ekonominya. Surplus neraca berjalan Rusia lebih dari tiga kali lipat year-on-year dalam tujuh bulan pertama tahun 2022, ke rekor $166,6 miliar, karena pendapatan melonjak sementara sanksi menyebabkan impor anjlok. Industri domestik tumbuh. Upah dan uang pensiun dinaikan untuk mendorong belanja domestik sehingga inflasi terjaga. Ternyata di balik serangan Rusia ke Ukrania justru menguntungkan Miliarder AS untuk menaikan saham TNC Oil Company, mining dan food mereka.

Sistem kapitalis AS berhasil mencetak segelintir “predator” oligarts global yang sangat besar sekali kekayaannya, dan menjadi kekuatan yang sangat menentukan arah kebijakan AS terhadap negara lain. Negara-negara yang lemah dalam hal persatuan, terutama negara yang menerapkan demokrasi terbuka dengan kebebasan yang kebablasan, menjadi sasaran empuk untuk dikendalikan.

Konteks Pilpres 2024

Kini getol bergerilya di Jakarta para opportunis dengan baju pengusaha, NGO, politisi bahkan pihak dengan membawa simbol keagamaan, mencari atau sudah punya koneksi ke oligarts global dan Whitehouse. Selain karena ambisi dan agenda tertentu, mereka saling memanfatkan yang berujung menjadikan Indonesia sebagai proxy untuk kepentingan dalam percaturan geo-politik dan memenangkan perang dagang. Mereka perlu seorang presiden Indonesia tahun 2024 sebagai proxy yang bisa melaksanakan grand strategy mereka menuju tahun 2050.

Kelamnya Indonesia ketika tahun 1999 berhasil mempersatukan partai islam dalam barisan poros tengah. Dan menang. Tapi sayang. Presiden yang terpilih dianggap berkhianat terhadap oligarts global sehingga dia terpaksa dilengserkan. Penggantinya juga sama. Namun proxy oligarts global berhasil meloloskan Paket UUD berkaitan dengan financial reform yang merupakan satu kesatuan dari program neo-liberal. Tahun 2004 selesai.

Penggantinya walau bukan proxy tetapi loyal dengan oligarts global. Dua periode kekuasaanya berhasil membuat Indonesia kembali dalam situasi debt trap, menjadikan siapapun penerusnya tidaklah mudah untuk keluar dari debt trap.

Pertanyaannya siapa figur presiden Indonesia 2024 yang menurut mereka qualified untuk proxy oligarts global?

Mei 2018 Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pernah diundang sebagai pembicara dalam global conference di LA yang diadakan Milken Institute (MI). Makalahnya, “ASEAN: Growth in the Next Ten Years”. MI didirikan oleh hedge fund player legendaris, Michael Robert Milken. Dia yang menciptakan junk bond. Karena itu Robin Gobin, US Treasury terlibat skandal Solomon dan Smith Barney.

Sebelumnya tahun 2009 Anies tercantum dalam daftar 1.334 The Young Global Leaders (YGL), sebuah organisasi yang didirikan oleh Klaus Schwab pendiri World Economy Forum. Hampir semua mereka yang tercantum dalam YGL menjadi elite politik global.

Klaus Schwab adalah Yahudi German, konglomerat financial legendaris yang sukses menjadikan Davos tempat pertemuan tetap World Economy Forum (WEF). Davos punya hukum khusus yang diatur oleh Schwab. Walau WEF sangat disegani karena getol menampakan kepedulian mereka kepada pembangunan manusia, menggunakan kemasan isu perubahan peradaban dunia yang terbuka, kebebasan lewat demokratisasi kehidupan sosial, politik, budaya. Namun ironisnya beragam kontrak penguasaan aset dan putaran uang menjarah sistem keuangan global diatur disini. Semua mastermind pemain hedge fund ada disini. Semua kesepakatan jahat mengatur dunia diadakan disini.

Awal Januari 2023, Oxford London menunjuk Anies sebagai Anggota Dewan Pengarah dan Pendiri Institute for ASEAN Studies sebagai bagian dari Oxford School of Global and Area Studies. Artinya, Anies sudah masuk dalam Boston Connection. Anies dilirik, dianggap sesuai dengan agenda mereka.

Nah, salah satu donatur tetap Oxford itu adalah ‘Steve’ Schwarzman, pendiri dari Blackstone Group yang bermitra dengan Larry Fink, Blackrock. Mereka adalah orang-orang kuat berpengaruh dalam oligarts global.

Sulit bagi siapapun untuk sama sekali tidak berinteraksi dengan kekuatan oligarts global. Oleh karena itu, 2024 kita perlu memiliki presiden yang mampu meneruskan hal-hal baik dari presiden Jokowi, bahkan lebih baik dan berani lagi. Setidaknya bisa membawa kita seperti China dan Rusia yang menggunakan kapitalisme untuk kemakmuran rakyat. Itu karena mereka tidak deal dengan miliarder private, tapi deal dengan Konstitusi. Menjadikan negara wahana investasi yang ramah untuk kebersamaan, bukan untuk segelintir orang.

Mungkinkah? Tapi kalau siapapun presiden yang terpilih terpasung karena dimodali oligarts global, maka kemungkinan itu tidak akan pernah ada. Rakyat dan bangsa ini sedang dihabisi. Seharusnya sudah saatnya kita memikirkan untuk merestorasi konstitusi agar tidak lagi terlalu terbuka dengan kebebasan yang kebablasan, tapi lebih kokoh ke dalam menjamin persatuan. Merdeka!!!

*Peneliti Lapeksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

55  +    =  60