Channel9.id-Guatemala. Pengadilan Guatemala mendakwa enam mantan anggota militer atas tuduhan keterlibatn dalam pembunuhan dan penculikan 183 warga sipil pada perang sipil Guatemala di tahun 1980-an, pada hari Rabu (9/6/2021).
Ada puluhan nama tersangka di dalam dokumen berjudul “Military Diary”. Di dalam dokumen tersebut ada catatan mengenai tindakan penculikan, eksekusi, penyiksaan dan kekerasan seksual.
Enam mantan tentara lainnya masih di tahan di kota lain, beberapa diantaranya ditahan di rumah sakit. Mereka masih belum diadili.
Baca juga: Aung San Suu Kyi Dijerat Kasus Korupsi
Hakim Miguel Galvez mengatakan kalau pengadilan mempunyai cukup bukti untuk membawa mereka ke pengadilan karena tindak kejahatannya di tahun 1983-1985.
“Pengadilan ini dengan ini memutuskan akan membahas tuduhan terhadap para terdakwa,” ujar Galvez dalam persidangan.
Dokumen tersebut juga menyebutkan daftar nama 183 korban. Di dalam dokumen tersebut, mereka menyebut ke 183 korban tersebut sebagai ancaman pemerintah.
Sejauh ini baru sedikit orang yang diadili karena kejahatannya di perang sipil. Anggota parlemen konservatif juga sempat mencoba untuk mengampuni para anggota militer yang melakukan tindak kriminal selama perang.
Komisi yang didukung oleh PBB menyatakan kalau sebagian besar kejahatan selama perang sipil, dilakukan oleh anggota militer.
Dalam kunjungan Wakil Presiden AS, Kamala Harris ke Guatemala minggu ini, ia menegaskan dukungan AS untuk peradilan independen Guatemala.
Saat ditanya mengenai “Military Diary”, Kementerian Luar Negeri AS mengatakan kalau mereka mendukung langkah Guatemala yang mengadili para kriminal di masa lalu untuk memastikan masa depan yang damai dan demokratis.
“Penangkapan itu merupakan langkah penting untuk memberikan keadilan kepada para keluarga korban,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri AS.
“Mereka juga mendemonstrasikan pentingnya proses peradilan independen. Peradilan independen adalah salah satu bagian penting demokrasi.
(RAG)