Oleh: Yanuar Iwan S.
Ketakutan-ketakutan kolektif rakyat bisa kita temukan dalam dokumentasi dan fragmen sejarah. Biasanya ketakutan kolektif yang menghinggapi suatu masyarakat disebabkan oleh unsur-unsur kekuasaan yang otoriter dan represif mulai Minepthah(Fir,aun) yang ingkar terhadap Allah dan kejam,Caligula dan Nerokaisar Romawi yang mengalami gangguan kejiwaan,Hitler dan Mussolini pemimpin yang fasis dari peristiwa perang dunia II.Polpot dan Khmer merahnya di Kambojaataupun Mao tse tung pemimpin komunis Tiongkok dari zaman kontemporer.
Ketakutan kolektif yang berdampak kepada pembunuhan dan penghancuran karakter karena direncanakan dan direkayasa secara masif olehpejabat yang menganggap dirinya adalah penguasa.Hal ini biasa dilakukan olehpemerintahan kolonial Belanda,pemerintah kolonial sengaja membentuk strata penduduk diskriminasi penduduk dimana penduduk pribumi yang biasa disebut”inlander”berada dilapisan terbawah setelah bangsa timur asing danbangsa Eropa.
Achieved status (status yang diperoleh dari kerja keras da npendidikan) sulit diperoleh penduduk pribumi karena akses kearah tersebut ditutup rapat melalui diskriminasi disegala bidang. Ascribed status(status yang diperoleh dari keturunan dan kedudukan keluarga)menjadi orientasi sosial yang pertama dan utama,kelompok-kelompok pribumi yang biasanya bekerja sebagai pamong praja dilengkapi dengan prestise status dan gelar kebangsawanan mereka menjadi kelas menengah yang ekslusif dan jauh dari interaksi sosial masyarakat pribumi golongan bawah atau rakyat kebanyakan yang menjadi obyek penindasan kolonial.
Soekarno,Hatta,Tan Malaka atau Sjahrir adalah bentuk karakter individu yang menyimpang dari pola umum yang kelak menjadi agen perubahan.Dalam buku “Max Havelaar” Multatuli menggambarkan dengan tragis dan ironis bahwa setiap kereta kuda yang ditumpangi oleh para pembesar Belanda dan elit pribumi selalu dijamin kelancaran jalannya, oleh penduduk pribumi yangbertugas mengangkat roda kereta yang terperosok kubangan atau jalan yang berlumpur atau bagaimana air mata Saijah yang jatuh dipipi kurusnya ketikamelihat kerbau kesayangannya diambil secara kasar oleh centeng-centeng pribumi yang mengabdi kepada hierarkhisme kolonial.
Pendekatan-pendekatan kekuasaan untuk menimbulkanketakutan pada masa kolonial memiliki perbedaan dengan masa kekinian.Sebagian anggota masyarakat dimasa kekinian lebih memilih bersikap pragmatis mengikuti begitu saja arus sosial dan politik yang sengaja atau tidak dikembangkan oleh parapejabat yang merasa dirinya menjadi penguasa beraneka ragam rasa takut mulai dari takut kehilangan jabatan dan posisi atau rasa takut didiskriminasi dalam pelayanan publik.
Ketakutan dan rasa takut yang terlanjur terbentuk menghambat pelaksanaan demokrasi terutama dari tingkat partisipasi masyarakat dalampengawasan pelaksanaan pemerintahan terutama didaerah proses pembentukankarakter hipokrit merajalela yang menurut Sastrawan dan Budayawan Mochtar lubis dalam pidato mengenai karakter manusia Indonesia pada tahun 1977 sikap hipokrit terbentuk dari penindasan kolonial yang begitu terstuktur dan masif.ManusiaIndonesia juga berjiwa feodal karena hampir segala sesuatu yang menyangkut kemanusiaan selalu dinilai dari kedudukan,posisi dan jabatan.
Thomas Jeffersons Presiden AS ke 3 mengatakan “Apabila pemerintah takut kepada rakyatnya maka yang terbentuk adalah demokrasi,tetapi apabila rakyat sudah takut kepada pemerintah maka yang terbentuk adalah tirani”.
Tirani dan oligarkhi akan terus berkembang apabila rakyat selalu direkayasa untuk takut,maraknya kepala daerah yang terkena OTT KPK adalah dampak dari hampir tidak adanya individu-individu yang menyimpang dari pola umum karena masing-masing kita mungkin saja sudah terjebak dengan perangkap ketakutan kolektif.