Lifestyle & Sport

Penyakit Jantung Ancam Usia Muda, Gaya Hidup Jadi Pemicu

Channel9.id – Jakarta. Penyakit jantung kini semakin mengancam kelompok usia produktif di Indonesia. Jika dulu penyakit ini identik dengan usia lanjut, kini tren menunjukkan bahwa usia muda pun tak luput dari risiko.

Pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan duduk terlalu lama, serta stres yang tinggi menjadi pemicu utama meningkatnya kasus jantung di kalangan generasi muda, terutama di kota-kota besar dengan gaya hidup serbacepat.

Menurut analisis Kompas.id, rata-rata usia saat diagnosis penyakit jantung menurun dari 48,5 tahun pada 2013 menjadi 43,2 tahun pada 2023. BPJS Kesehatan juga mencatat peningkatan pasien jantung di bawah usia 45 tahun sebesar 66 persen dalam tiga tahun terakhir. Pergeseran ini menandakan penyakit jantung kini menyerang usia yang lebih muda.

Spesialis jantung dari Siloam Hospitals, dr Antonia Anna Lukito, SpJP(K), menyebut kebiasaan duduk terlalu lama atau sitting disease sebagai salah satu faktor utama di balik meningkatnya kasus jantung di kalangan muda. Ia menjelaskan bahwa duduk dalam waktu lama menyebabkan metabolisme tubuh melambat, peredaran darah tidak optimal, dan otot jantung jarang terlatih.

Kondisi ini diperparah oleh kebiasaan makan tinggi gula dan lemak tanpa diimbangi aktivitas fisik. Dalam jangka panjang, hal ini bisa memicu penyempitan pembuluh darah dan memicu serangan jantung bahkan pada usia di bawah 40 tahun.

“Ternyata duduk lebih lama itu mempunyai potensi membuat kematian, termasuk jantung, dan stroke itu lebih besar,” ujar Antonia, dikutip dari DetikHealth, Minggu (22/6/2025).

Hal serupa disampaikan dr Budi Rahmat, Sp.BTKV, dari Siloam Lippo Village. Ia menjelaskan bahwa duduk terlalu lama tanpa aktivitas fisik membuat jantung generasi muda tidak siap saat harus bekerja keras. Ia mengimbau agar generasi muda mulai memperbanyak aktivitas fisik dibanding menjalani gaya hidup sedentari atau minim gerak.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), dr Radityo Prakoso, SpJP(K), juga menyoroti bahwa obesitas, hipertensi, kolesterol tinggi, dan kebiasaan merokok menjadi faktor utama serangan jantung dini.

“Peningkatan jantung koroner pada anak muda terjadi pada usia 16–50 tahun. Terdapat peningkatan prevalensi serangan jantung pada usia kurang dari 40 tahun sebanyak 2 persen setiap tahunnya sejak tahun 2000 hingga sekarang,” ujarnya dalam konferensi pers Hari Jantung Sedunia 2024.

Dokter spesialis jantung dari RS SMC Samarinda, dr. Muhammad Dedy Pratama, dalam wawancara bersama RRI, menekankan pentingnya pencegahan sejak dini. Ia juga menjelaskan istilah CERDIK dalam mencegah penyakit jantung.

“Cegah penyakit jantung dengan CERDIK, yaitu cek kesehatan berkala, enyahkan asap rokok, rajin olahraga, diet seimbang, istirahat cukup, dan kelola stres,” ujarnya.

Dengan membangun kesadaran sejak muda, masyarakat dapat menurunkan risiko serangan jantung yang kini tidak lagi hanya menyerang usia lanjut. Perubahan gaya hidup sederhana menjadi langkah awal menjaga kesehatan jantung jangka panjang.

HT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  66  =  74