Lifestyle & Sport

Perihal Pandemi, Manusia Mau Berubah Atau Memburuk

Channel9.id-Jakarta. Banyak negara di dunia dilanda pandemi virus corona SARS-CoV-2.

Belakangan, sejumlah negara melonggarkan kebijakan penguncian wilayah, menimbang kasus positif Covid-19 yang kian landai. Hal ini tidak menutup kemungkinan bagi negara lain untuk bertindak demikian pula.

Ahli primata terkemukan ane Goodall mengingatkan bahwa manusia harus mengubah kebiasaannya jika pandemi bisa dikendalikan atau berakhir. Jika tidak, pandemi lainnya bisa muncul.

“Sikap tidak hormat kita pada binatang liar dan juga hewan domestik telah menciptakan situasi ini di mana penyakit bisa lompat dan menginfeksi manusia,” ujar Goodall, dikutip dari Live Science.

“Jika kita tidak melakukan sesuatu secara berbeda, kita selesai. Kita tidak bisa lebih lama terus-terusan seperti ini,” cetusnya.

Menurut dia, rusaknya habitat hewan, mengonsumsi hewan liar, perdagangan ilegal dan praktik berisiko dapat memicu pandemi lainnya.

Kemunculan virus corona terdahulu, seperti SARS, menjadi buktinya.

Misalnya, kerusakan hutan memicu hewan berpindah tempat, sehingga terjadi peningkatan interaksi dengan manusia.

SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 diduga ditularkan dari kelelawar ke manusia. Sejumlah pihak percaya pandemi berasal dari pasar Wuhan.

Kendati begitu, perilaku manusia tetap harus berubah.

“Jelas bahwa sangat penting ada larangan perdagangan, memakan atau membiakkan hewan liar yang dilakukan secara permanen dan ditegakkan,” ujar Goodall.

Menurut dia bukan hanya di Cina pasar hewan menyediakan kondisi ideal bagi virus untuk melompat antar spesies. Pasar sejenis pun ada juga di negara Asia lain, Afrika dan Amerika Latin.

Goodall menyayangkan masih ada hewan liar yang dijadikan peliharaan, atau untuk obat tradisional. “Penggunaan beberapa produk hewan liar untuk obat tradisional sejauh ini masih legal di Cina,” papar Goodall.

“Salah satu pelajaran dari krisis ini adalah bahwa kita harus mengubah cara kita. Ilmuwan memperingatkan untuk menghindari krisis masa depan, kita harus secara drastis mengubah kebiasaan makan dan beralih ke makanan berbasis tanaman. Ini demi planet ini, hewan dan anak-anak kita,” jelasnya.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4  +  1  =