PMII DKI Jakarta Gelar Bedah Buku KH Ahmad Bagdja “Sang Guru Pergerakan”
Nasional

PMII DKI Jakarta Gelar Bedah Buku KH Ahmad Bagdja “Sang Guru Pergerakan”

Channel9.id – Jakarta. Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII DKI Jakarta menyelenggarakan acara santunan dan Bedah Buku Biografi KH Ahmad Bagdja yang berjudul “Sang Guru Pergerakan” pada hari Sabtu, 26 Juni 2021 di PWNU DKI Jakarta. Acara bedah buku berlangsung secara offline dan online serta dilakukan dengan protokol Covid yang ketat.

Acara dibuka oleh KH Syamsul Ma’arif selaku Ketua PBNU DKI Jakarta, dan sebagai keynote speaker adalah Juri Ardiantoro, Ketua PBNU. Hadir sebagai pembahas adalah Wage Wardan serta Renra Sanjaya. Dari tim penulis biografi diwakili oleh M. Azis Nasution.

KH Syamsul Maarif mengaku terkesan dengan KH Ahmad Bagdja, pribadi yang menurutnya sangat tawadlu dan tidak silau dengan jabatan-jabatan duniawi. “Padahal dengan ketokohan dan peran Pak Bagdja semasa hidup, sebenarnya bisa saja ia mendapatkan jabatan yang lebih baik. Tapi beliau lebih memilih mengabdi di NU,” jelasnya. Ia sempat berinteraksi dengan KH Ahmad Bagdja, kesannya almarhum adalah orang yang sangat perhatian dengan kader-kader NU.

Sedangkan, Ketua PKC PMII DKI Jakarta, Rizki Abdul Rahman Wahid dalam sambutannya menyatakan bahwa KH. Ahmad Bagdja adalah tauladan, sehingga patut rasanya seluruh kader di DKI Jakarta mengetahui dan memahami perjuangan KH. Ahmad Bagdja, sehingga PKC PMII DKI Jakarta memandang perlu adanya acara yang bisa membedah, kehidupan dan pemikiran KH. Ahmad Bagjda. “Kegiatan bedah buku ini merupakan salah satu upaya PKC untuk membumikan pemikiran KH. Ahmad Bagjda kepada kader-kader pergerakan di DKI Jakarta, “ jelasnya.

Sementara penggagas pembuatan buku “Sang Guru Pergerakan” Juri Ardiantoro dalam paparannya sebagai Keynote Speaker menyatakan berbagai hal mulai dari ihwal pembuatan buku, dinamika pembuatan buku dan berbagai inspirasi mengenai KH. Ahmad Bagjda. Salah satu hal yang perlu digaris-bawahi dalam proses pembuatan buku yang memakan waktu lama adalah karena keengganan KH. Ahmad Bagdja untuk dibukukan kisah hidupnya, karena ia merasa belum pantas.

“Tim penulis menganggap hal tersebut justru menguatkan kesan bahwa memang KH. Ahmad Bagdja orang yang tawadhu. Walhasil, ketika KH. Ahmad Bagdja wafat, tim penulis bergerak menyelesaikan naskah,” jelas Juri.

Sementara penulis, M. Azis Nasution menyatakan terbitnya buku KH Ahmad Bagdja merupakan hasil kolaborasi semua pihak terutama kader-kader PMII yang merasa berhutang budi dengan jasa-jasa KH Ahmad Bagdja yang mendirikan PMII di IKIP Jakarta dan membesarkan PMII menjadi organisasi pergerakan yang berkembang luas.

Menurut M. Azis Nasution, KH. Ahmad Bagdja adalah tipikal pemimpin yang lengkap, tidak hanya besar di PMII dan NU tetapi juga matang di pergerakan intra kampus dan bahkan jadi tokoh nasional. Azis menyatakan bahwa ketika terlintas proses pembuatan buku, ia dan tim merasa sangat terhormat. “Buku ini didedikasikan kepada seluruh warga pergerakan, baik pmii maupun warga NU secara umum,” jelasnya.

Ia juga menandaskan bahwa kelemahan-kelemahan dalam buku menjadi bahan masukan untuk evaluasi.

Wage Wardana, selaku pembedah buku, melihat bahwa buku KH Ahmad Bagdja, memiliki gaya penulisan yang menarik dan enak dibaca. Bahasanya mengalir, sehingga tidak membosankan. Dari segi konten, ia melihat buku KH Ahmad Bagdja memberikan inspirasi bagi kalangan aktifis pergerakan.

Lantaran ia melihat almarhum KH Ahmad Bagdja adalah tokoh yang sangat konsisten dalam memegang prinsip. Meski ia harus membayar mahal, sampai di penjara di kampus kuning di Bekasi.

“Saya berharap kader-kader PMII bisa menghayati perjuangan yang dilakukan oleh KH Ahmad Bagdja. Dan mengambil pelajaran dari buku tersebut,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  1  =  2