Hot Topic Politik

Politik Dinasti di Pilkada 2020, Pengamat: Demokrasi Seperti Terinfeksi Virus

Channel9.id-Jakarta. Wakil Sekretaris Jenderal Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jojo Rohi mengatakan, dinasti politik menyebabkan demokrasi pada Pilkada 2020 seperti terinfeksi virus.  Menurut Jojo, pada Pilkada kali ini terdapat 124 calon kepala daerah yang terafiliasi dengan politik dinasti.

“Ada 124 calon kepada daerah terpapar politik dinasti, itu misalnya ada 29 calon kepala daerah adalah istri dari bupati atau merupakan keluarga inti dari inkumben atau bupati,” ujarnya dalam diskusi bertajuk ‘Pilkada dan Mimpi Penguatan Demokrasi Dari Bawah’ secara virtual, Rabu (28/10/2020).

Jojo mengatakan, terjadinya politik dinasti dalam demokrasi Indonesia tak terlepas dari partai politik yang buruk dalam kaderisasi.

Baca juga: PKS: Praktik Politik Dinasti Bahayakan Demokrasi

Ia pun mengibaratkan kondisi demokrasi pada Pilkada 2020 seperti pasien yang melakukan pemeriksaan Covid-19 melalui metode rapid test dan dinyatakan reaktif.

“Nah kalau Pilkada kita saat ini diibaratkan Covid-19 ini, kalau kita rapid test demokrasi kita saat ini hasilnya reaktif ya,” kata Jojo.

“Mampetnya sirkulasi kader itu membuat parpol mengalami krisis kader dan karena itu lah makanya, kemudian politik dinasti bisa subur ya,” ucapnya. Lebih Lanjut, Jojo mengatakan, apabila politik dinasti terus dilanjutkan, akan melahirkan oligarki baru di tingkat daerah.

Menurut Jojo, indikasi oligarki tersebut memungkinkan terjadi pada Pilkada 2020. Sebab, calon kepala daerah yang maju dalam Pilkada ditentukan dan diputuskan langsung para petinggi partai di tingkat pusat. “Artinya masyarakat atau pemilih hanya terlibat dalam proses akhir di TPS, jadi kedaulatan rakyat ada di ekornya,” pungkasnya

Sementara itu, Direktur Pusat Kajian Politik (Puskapol) Universitas Indonesia Aditya Perdana melihat dampak dinasti politik ini membuat pasangan calon kepala daerah minim menawarkan program perbaikan di daerah saat pandemi Covid-19.

“Kandidat cenderung belum menawarkan program yang harus bisa disampaikan kepada masyarakat pada masa pandemi,” papar Aditya.

Padahal, kata dia, program yang ditawarkan dari pasangan calon kepala daerah sangat diperlukan masyarakat, dalam menentukan pilihannya pada 9 Desember 2020 di tempat pemungutan suara (TPS).

“Tapi saya perhatikan, masih belum bertarung isu atau program yang ada kaitannya dengan tahun depan ketika mereka terpilih,” ujar Aditya.

“Misalnya mereka punya program konkret apa terkait isu kesehatan dan isu ekonomi. Itu belum kelihatan sekarang,” sambungnya.

IG

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

87  +    =  88