Jakarta Dua tim dengan distribusi supremasi berbeda bakal bertempur di Stadion Anfield, akhir pekan ini. Hal itu berlatar pertempuran Liverpool kontra Manchester United (MU), sepasang klub yang punya sejarah tradisi di kasta tertinggi Inggris Raya.
Liverpool menjadi atensi utama setelah mereka tampil menawan sejak awal musim ini. Hal ini menandai objektif mereka yang ingin mengulangi kemasan masa lalu, saat menjadi sang penguasa Liga Inggris.
Bagi Liverpool, menggaet gelar juara menjadi tradisi yang sudah lama tak mereka rasakan, terutama di pentas liga domestik. Maklum, setelah mengoleksi 18 trofi, nyaris tiga dekade tradisi nyaman itu tak pernah mampir di Merseyside.
Kini, peluang itu terbuka lebar. Saat ini, Liverpool berada di peringkat teratas klasemen sementara Premiership 2018-2019 dengan koleksi 42 poin. The Reds unggul satu angka dari sang juara bertahan, Manchester City.
Namun, jika tampil konsisten, terutama tak teradang cedera dan pecah konsentrasi dengan Liga Champions, bukan tak mungkin peristiwa 1989-1990 bisa terulang lagi. Namun, Manajer Liverpool, Jurgen Klopp, buru-buru merendah.
Bagi mereka, kata Klopp, titik konsentrasi terletak pada setiap pertandingan yang ada di depan mata. Satu di antaranya saat Mohamed Salah dkk menjamu Manchester United.
“Kami harus bermain seperti seseorang yang sangat lapar. Karakter lapar itu yang harus menjadi modal paling utama saat bermain pada Minggu. Jelas, Manchester United adalah lawan sepadan yang harus kami waspadai meski jarak kami tergolong lebar,” jelas Klopp.
Ucapan eks arsitek tim Borussia Dortmund tersebut mengacu pada nama besar Manchester United. Bagaimanapun, lawan Liverpool adalah simbol supremasi tradisi juara sejak kali pertama Liga Utama Inggris berubah ‘brand’ menjadi Premier League.