Channel9.id – Jakarta. Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof Komarudin menyoroti pemikiran KH Ma’ruf Amin mengenai Darul Mitsaq atau Negara Kesepakatan yang layak jadi diskursus penting, relevan dan solutif di tengah problematika pendidikan nasional yang minus dan hampa kesadaran kebangsaan.
“Konsepsi Dārul Mịṡāq dapat menjadi jembatan bagi lahirnya kurikulum Pendidikan nasional yang berwawasan kebangsaan. Kurikulum Pendidikan kebangsaan yang bertujuan untuk melahirkan kecerdasan kewargaan digital yang pancasilais, moderat, dan berakhlaqul karimah,” ujar Prof. Komarudin pada saat bedah buku Darul Misaq: Indonesia Negara Kesepakatan, Senin (7/6).
Selain itu, lanjut Prof Komarudin, meengatakan buku ini menjadi solusi dalam mengatasi problematika ikatan kebangsaan yang tengah menghadapi tantangan besar era disrupsi dan segala derivasinya.
“Konsep ini sangat relevan untuk diterapkan di Indonesia yang memiliki banyak keberagaman baik pada suku, ras, maupun agama. Sehingga, kesepakatan yang telah dibentuk oleh para pendiri bangsa tersebut, dapat dijadikan sebagai landasan untuk bersatu,” tuturnya.
Diketahui, Darul Mitsaq merupakan gagasan KH Ma’ruf Amin yang menyebut kehidupan bernegara sebagai satu kesepakatan. Adapun kesepakatan tersebut, tutur Wapres, adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebab, di dalam tiga kesepakatan tersebut terdapat nilai-nilai persamaan dan kebersamaan yang dapat menjadikan kebhinekaan (keberagaman) berjalan dengan selaras.
Baca juga: KH Ma’ruf Amin: Darul Mitsaq Adalah Legitimasi Islam Terhadap NKRI
“Pancasila sebagai dasar negara, yang telah disepakati oleh Bapak Bangsa tersebut, tidak bertentangan dengan Islam, karena kelima sila dalam Pancasila itu sesuai dengan ajaran agama (Islam),” ungkap KH Ma’ruf Amin dalam sambutannya di acara diskusi tersebut.
“Mereka yang ingin mengganti ideologi negara Pancasila dengan negara Islam atau negara khilafah, yang secara historis sudah tertolak karena menyalahi kesepakatan (mukhalafatul mitsaq) karena umat Islam dituntut untuk memenuhi kesepakatannya,” sambungnya.
Kegiatan bedah buku ini sebagai rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-57, Universitas Negeri Jakarta, juga menghadirkan sederet tokoh, seperti dua pembahas 1) Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D 2) dari dosen Filsafat Ketuhanan STF Driyarka, Dr. Simon Petrus Lili Tjahjadi. Untuk pengatar diskusi diisi oleh 1) Staf Khusus Wakil Presiden, Prof. Dr. Masykuri Abdillah 2) Pakar Pendidikan, Prof. Dr. Azyumardi Azra 3) Direktur Pascasarjana UNJ, Prof. Dr. Nadiroh, M.Pd. Untuk para penyaji diisi oleh Dr. Rahmat Edi Irawan selaku ketua tim Penulis dan di moderatori oleh Drs. M. Fakhruddin, M.Si selaku dosen FIS UNJ.
Acara bedah buku ini dihadiri oleh para Wakil Rektor, para Ketua Lembaga, Para Dekan di lingkungan UNJ, Direktur Pascasarjana dan para pejabat lainnya di lingkungan UNJ secara luring, serta lebih ratusan peserta secara daring dari berbagai unsur dalam dan luar UNJ.
IG