Nasional

Prof. Sarkadi: Pancasila Digali dari Bumi Indonesia, Harus Tetap Membumi

Channel9.id – Jakarta. Guru Besar UNJ sekaligus Ketua Umum Asosiasi Dosen Pancasila dan Kewarganegaraan (ADPK), Prof. Sarkadi mengatakan, Pancasila yang dicetuskan oleh presiden pertama RI, Soekarno, digali dari nilai-nilai budaya asli bumi Indonesia telah mengalami tantangan berat karena arus informasi media yang sangat pesat. Anak-anak dibanjiri berbagai informasi yang sebagian besar tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Ditambah, kata Sarkadi, minimnya pendampingan orang tua, Pancasila pun semakin sulit untuk mengakar menjadi pola pikir dan kebiasaan sehari-hari.

“Guru menyampaikan pendidikan karakter sampai berbusa-busa, tapi ketika pulang ke rumah orangtua tidak sinkron. Orang tua bicara marah-marah, atau bebas lihat TV, handphone yang berisi berbagai macam informasi tanpa disaring, jadi tidak sinkron,” kata Sarkadi, Kamis (3/6).

Menurut Sarkadi, sejatinya Pancasila bukanlah suatu konsep yang abstrak melainkan pembiasaan nilai sejak dini.

“Pancasila lahir dari bumi Indonesia, itu seharusnya tetap membumi. Jangan sampai disingkirkan oleh perkembangan zaman, perkembangan teknologi secara masif yang tekadang mengabaikan nilai-nilai Pancasila,” ujar Sarkadi.

Sarkadi menyebut nilai Pancasila paling sederhana adalah sopan santun kepada orang tua. Penanaman sopan santun harus dilakukan secara bersama tidak hanya lewat kurikulum PPKn di sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah.

Nilai-nilai konkret Pancasila lainnya misalnya sikap religius, toleran, gotong royong, dan bangga sebagai bangsa Indonesia.

Menurut Sarkadi, kurikulum di sekolah sudah memuat secara lengkap konsep maupun penerapan Pancasila sejak tingkat SD sampai perguruan tinggi.

“Saya sendiri terlibat dalam penyusunan, detail mengenai lambang negara, implementasi nilai Pancasila semua sudah termuat dalam PPKn dan di perguruan tinggi ada pendidikan Pancasila,” katanya.

Dia mengatakan penanaman nilai-nilai Pancasila harus dilakukan secara sinergi antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), Kementerian Agama, ditambah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo).

“Percuma Kemdikbudristek habis triliunan rupiah tapi tidak ada sinergi dengan komponen lain. Ini presiden harus secara kuat menyampaikan kepada para menterinya,” tambah Sarkadi.

Itu sebabnya, ujar Sarkadi, pendalaman nilai-nilai Pancasila tidak perlu lagi disusun dalam formulasi khusus, tapi cukup lewat kebijakan penguatan yang dipikirkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim.

Dia menilai Nadiem, yang dianggap mewakili generasi milenial, bisa memberikan atensi lebih untuk penguatan nilai Pancasila. Mendikbudristek bisa menjadi contoh generasi milenial yang memiliki ciri sangat terbuka untuk berdiskusi, berkolaborasi, dan menerima pemikiran-pemikiran baru.

“Mendikbudristek harus punya konsep bagaimana membangun generasi muda, harus ada kebijakan bagaimana menanamkan nilai Pancasila mulai dari SD sampai perguruan tinggi, termasuk generasi milenial,” katanya.

IG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

83  +    =  93