Channel9.id-Etiopia. Konflik Etiopia di daerah Tigray saat ini kondisinya semakin parah. Warga disana banyak mengalami kelaparan, layanan kesehatan juga banyak yang hancur dan juga maraknya aksi pemerkosaan. Laporan tersebut berdasarkan data dari World Health Organization (WHO).
“Situasi di Tigray, Ethiopia, sangatlah mengerikan. Sungguh sangat mengerikan,” ujar direktur jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus di konferensi pers yang diadakan pada hari Senin (17/5/2021).
Sebelumnya, Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed mengirimkan pasukannya ke Tigray pada bulan November lalu. Langkah itu diambil setelah adanya informasi bahwa partai yang saat itu menguasai daerah itu melakukan serangan ke kamp pasukan federal.
Baca juga : Konflik di Ethiopia, Pasukan Eritrea Akan Ditarik Pulang
Perdana Menteri yang memenangkan Nobel Perdamaian itu mengumumkan kemenangan Ethiopia pada bulan tersebut setelah pasukannya masuk ke kota Mekelle.
Namun konflik masih terus berlanjut selama enam bulan lamanya. Konflik itu juga memicu tuduhan adanya pembunuhan dan pemerkosaan oleh pasukan Ehiopia dan juga pasukan Eritrea.
Tedros menegaskan ada sekitar lima juta orang disana yang saat ini sedang membutuhkan bantuan kemanusiaan, terutama bantuan makanan.
“Banyak orang sekarat disana dan kebanyakan kasusnya karena disebabkan oleh kelaparan. Banyak orang mengalami malnutrisi akut,” ujarnya.
Selain itu, ratusan hingga ribuan orang juga menjadi terlantar, termasuk 60,000 orang yang pergi menyelamatkan diri ke Sudan.
Di waktu yang bersamaan, layanan kesehatan disana juga ikut dijarah dan dihancurkan. Tedros mengatakan “Mayoritas rumah sakit disana sudah tidak berfungsi lagi”.
Kepala WHO itu juga mengutuk pembunuhan yang membabi buta dan maraknya kekerasan seksual pada konflik tersebut.
“Kasus pemerkosaan disana benar-benar banyak sekali terjadi. Saya rasa tidak ada di negara manapun yang angka kasus pemerkosaannya sebanyak ini,” tambahnya
“Secara umum, jujur, isu Covid-19 bukanlah fokus isu disana karena masih ada isu yang lebih genting”.
“Salah satu masalah yang mendesak disana adalah bagaimana caranya mereka bisa mendapatkan bantuan kemanusiaan yang maksimal,” ujarnya.
Para pemimpin dunia dan organisasi-oraganisasi kemanusiaan lainnya telah berulang kali meminta akses bantuan kemanusiaan secara maksimal di daerah yang dilanda krisis terparah karena ditakutkan kondisinya semakin memburuk.
Pada hari Jumat, Uni Eropa mengutuk ditahannya bantuan kemanusiaan ke daerah tersebut secara terus menerus. Mereka mengatakan kalau tindakan tersebut sebagai “Pemanfaatan bantuan kemanusiaan untuk kepentingan perang”.
(RAG)