Hot Topic Nasional

Satgas Sebut Kalbar dan Riau Layak Jadi Acuan Penanganan Covid-19

Channel9.id-Jakarta. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyebut provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) dan Riau menangani Covid-19 dengan baik. Kedua provinsi itu layak menjadi acuan wilayah lainnya lantaran memiliki zona kuning atau risiko rendah yang mendominasi.

“Kami telah mengidentifikasi dengan pemerintah setempat untuk dapat mengidentifikasi upaya penanganan apa yang dilakukan di provinsi tersebut sehingga penularan dapat ditekan dengan baik,” ungkapnya di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (04/01).

Baca juga: Jumlah Pasien Sembuh Covid-19 Meningkat, Satgas: Jangan Berpuas Diri 

Wiku menjelaskan, Kalbar memiliki total 10 kabupaten/kota zona kuning atau 71 persen dari total kabupaten/kotanya. Sedangkan zona oranye sebanyak 4 kabupaten/kota. Upaya khusus yang dilakukan pemerintah daerah yakni menjaga semua titik masuk ibukota Pontianak, dengan koordinasi yang intensif antara Satgas dan Dinkes Kesehatan Kalimantan Barat, baik di titik bandara dan pelabuhan laut.

“Lalu, swab PCR dan fasilitas karantina mandiri disiapkan pemerintah provinsi Kalimantan Barat melalui Unit Pelatihan Kesehatan, yang fokus pada penjagaan kesehatan dan asupan gizi yang baik,”ujar Wiku.

Sementara itu, Riau memiliki 8 kabupaten/kota zona kuning atau 67 persen dari total kabupaten/kotanya. Provinsi ini melakukan penguatan tracing (pelacakan) dan penelusuran kontak erat, tidak hanya dilakukan pada keluarga, tetapi juga pada orang-orang yang berinteraksi dalam aktivitas selama 10 – 14 hari ke belakang.

“Meskipun kapasitas testing ya masih rendah, namun upaya dialihkan menjadi edukasi masif untuk isolasi mandiri selama 14 hari pada kontak erat,” ucap Wiku.

Selain itu, penyediaan tempat tidur tambahan pada ruang isolasi dan ICU rumah sakit rujukan juga menjadi pendorong angka kesembuhan.

“Kami harap apa yang dilakukan oleh kedua provinsi ini dapat menjadi contoh dan motivasi bagi provinsi lainnya, agar meningkatkan penanganan semaksimal mungkin. Berlomba-lomba lah untuk menekan penularan sehingga zonasi risikonya dapat berpindah menjadi zona kuning dan hijau,” pungkas Wiku.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  47  =  50