Penutupan selat hormuz
Ekbis

Selat Hormuz di Ujung Ketegangan: Dunia Energi Cemas Hadapi Skenario Terburuk

Channel9.id, Jakarta – Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel kembali memicu kekhawatiran terhadap stabilitas pasokan energi global. Selat Hormuz—jalur vital yang dilintasi hampir 20% perdagangan minyak dunia—kini menjadi titik rawan yang diawasi ketat oleh pasar internasional.

Menurut proyeksi analis Citigroup Inc., potensi penutupan Selat Hormuz, meskipun dianggap kecil kemungkinannya, dapat memicu lonjakan drastis harga minyak mentah hingga melampaui US$90 per barel. Dalam catatan yang dikutip Bloomberg, analis termasuk Anthony Yuen dan Eric Lee menekankan bahwa setiap gangguan di selat tersebut dapat mengguncang pasar dengan cepat.

“Setiap penutupan selat bisa memicu lonjakan harga yang tajam,” tulis tim analis Citigroup dalam riset yang dirilis Jumat (20/6/2025).

Meski demikian, mereka menilai skenario penutupan total dalam jangka panjang tidak realistis. Alasannya, seluruh pihak berkepentingan kemungkinan besar akan segera bergerak membuka kembali jalur pelayaran tersebut, mengingat signifikansinya bagi ekonomi global.

Risiko Energi Global Tergantung pada Jalur Kritis

Selat Hormuz menjadi jalur utama ekspor minyak dari negara-negara OPEC seperti Arab Saudi, Irak, dan Iran. Setiap gangguan di wilayah tersebut bisa menghambat pengiriman lebih dari 3 juta barel minyak per hari. Tak heran, pasar global mencemaskan setiap perkembangan yang dapat mengganggu stabilitas kawasan.

Saat ini, harga minyak Brent tercatat berada di level US$76,79 per barel, sedikit menurun 2,6% dari perdagangan sebelumnya yang sempat menyentuh US$77. Namun, gejolak harga masih mungkin terjadi sewaktu-waktu, bergantung pada dinamika konflik.

Di tengah potensi gejolak, pasar Asia—khususnya Tiongkok—terlihat lebih siap. Kilang-kilang minyak di Negeri Panda dilaporkan tidak terlalu khawatir terhadap eskalasi konflik di Timur Tengah. Hal ini didukung oleh cadangan strategis minyak yang sangat besar.

Berdasarkan data dari Kayrros, total inventori minyak di Tiongkok telah mencapai rekor 1,18 miliar barel, termasuk cadangan kilang swasta di Shandong yang mencapai 335 juta barel. “Cadangan ini memberi bantalan penting bagi China menghadapi fluktuasi pasokan,” ujar Antoine Halff, Co-founder dan Chief Analyst Kayrros.

Selain itu, ekspor minyak Iran memang sedang melambat. Permintaan dari China sebagai konsumen utama menurun dalam beberapa bulan terakhir, yang turut meredam dampak dari potensi gangguan suplai dari Iran.

Ketergantungan dunia terhadap Selat Hormuz sebagai jalur energi strategis menggarisbawahi betapa rentannya pasar global terhadap ketegangan regional. Meski saat ini belum terlihat tanda-tanda penutupan selat secara penuh, setiap pergeseran situasi politik di kawasan dapat memicu efek domino yang luas terhadap ekonomi global—terutama sektor energi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4  +  5  =