Channel9.id-Surabaya. Sarlita Zahra pelajar kelas 5 SDN Pakis 5, membuat kreatifitas berupa sabun anti anti bakteri yang berbahan dasar lumpur sidoarjo.
Sejak adanya Pandemi Covid-19 dan proses belajar mengajar beralih ke daring, namun tak membuat gadis yang akrab di sapa Sasa ini patah semangat untuk terus berkreatifitas terlebih membuat karya yang bisa di manfaatkan banyak orang.
Berawal dari hobi menanam tanaman. Bahkan, di halaman rumahnya sudah ada 1.247 tanaman lidah buaya.
Sasa mencoba mengkombinasikan lidah buaya dengan lumpur lapindo untuk menjadi sebuah produk. Yakni Satora (sabun tanah thaharoh aloevera) yang berbahan dasar lidah buaya dan lumpur Sidoarjo.
Kenapa mencampurnya dengan lumpur Sidoarjo? Sasa menjelaskan, jika lumpur Sidoarjo sebagai bahan campuran pembuatan sabun karena memiliki kandungan bentonic, kaolin, dan granit yang bisa mematikan kuman serta bakteri.
“Saya membuat sabun dengan menggunakan lumpur karena mendapat tantangan dari teman ayah yang merupakan dokter hewan. Karena setelah mereka memegang hewan seperti anjing kan terkena najis, belum lagi kalau ada bakterinya. Akhirnya saya membuat Satora, selain untuk mensucikan juga bisa membunuh kuman,” jelas Sasa, Jumat (7/8/20).
Bahan-bahan yang perlu digunakan pun cukup sederhana. Yaitu base soap, daging lidah buaya, lumpur Sidoarjo, dan pewangi kosmetik agar aromanya harum. Lumpur Sidoarjo sendiri ia dapatkan dari teman ayahnya yang mengambilkannya di kolam lumpur.
Setelah bahan terkumpul, pertama-tama base soap dicairkan terlebih dahulu. Sambil menunggu base soap mencair, lumpur Sidoarjo dicuci sampai bersih lalu dikeringkan, kemudian dihaluskan.
“Selanjutnya daging lidah buaya diblender hingga lembut. Setelah base soap cair, semua bahan dicampur jadi satu dan dapat segera dicetak. Setelah dicetak diangin-anginkan selama 18 jam, dan sabun siap digunakan,” kata Sasa yang berusia 11 tahun ini.
Diketahui, sabun buatan Sasa ini telah dilakukan uji lab dengan standar internasional (ISO). Hasilnya sabun menunjukkan PH-9 yang ampuh membunuh kuman dan bakteri.
Sebelum menemukan ide menyulap lumpur Sidoarjo dengan aloevera menjadi sabun antibakteri, Sasa bercerita, mulanya ia tertarik membudidayakan tanaman lidah buaya karena melihat banyaknya tanaman lidah buaya di sekolahnya yang tidak terawat.
“Menanam lidah buaya karena saya melihat banyak tanaman itu di sekolah, tapi tidak terawat. Akhirnya saya berinisiatif membudidayakan dan mengolahnya menjadi sebuah produk. Awalnya saya menanam 215 tanaman, dan sekarang sudah ribuan,” cerita Sasa.
Sasa menjelaskan 40 persen dari tanaman lidah buayanya ia olah menjadi berbagai produk. Seperti hand sanitizer, pupuk cair, pestisida, magot, stik aloevera, puding, permen, jus, nata de coco aloevera, sirup, masker aloevera, dan salovera (sabun aloevera).
Sasa berharap, selanjutnya ia dapat kembali mengembangkan menjadi produk lainnya yang bermanfaat. Bahkan Sasa berencana untuk membuat sabun kutu kucing.
“Ke depan, saya akan terus mengembangkan produk dan membudidayakan tanaman lidah buaya. Saya juga akan membuat sabun untuk kutu kucing. Semoga produk saya dapat bermanfaat untuk masyarakat,” pungkas Sasa.