Channel9.id – Jakarta. Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdatul Ulama (PW ISNU) DKI Jakarta melalui Bidang Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan, sebanyak 52% orang tua peserta didik tidak setuju pembelajaran tatap muka (PTM) pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021 yang dimulai pada Januari 2021.
“Dan 48% setuju dilakukan pembelajaran tatap muka. Artinya walaupun selisih sedikit, namun ketidaksetujuan orangtua untuk pembelajaran tatap muka lebih besar dari yang setuju. Ini berarti orangtua masih banyak menghendaki belajar dari rumah (BDR),” kata Ketua bidang Pendidikan dan Kebudayaan PW ISNU DKI Jakarta, Dr. Uswadin, M.Pd, Minggu 3 Januari 2021.
Uswadin menjelaskan, hal itu merupakan hasil dari survei terkait kesiapan orangtua dalam PTM pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021 yang dimulai pada Januari 2021. Survei itu dilakukan selama satu pekan dari 28 Desember 2020 sampai dengan 2 Januari 2021.
“Sasaran survei adalah orangtua siswa dari KB-TK sampai SMA dan orangtua mahasiswa. Survei difokuskan kepada orangtua siswa dan orangtua mahasiswa di Jakarta dan beberapa daerah di Indonesia yang mengikuti survey ini. Mengingat survei ini bersifat terbuka, sehingga tidak menutup kemungkinan orangtua di luar Jakarta turut serta mengikuti survei ini,” kata Uswadin.
Jumlah responden yang masuk adalah sebanyak 1.327 responden dengan 64,1% berasal dari DKI Jakarta, 6,9% berasal dari Bodetabek dan daerah lainnya 29% berasal dari daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Ambon, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Papua.
Adapun data orang tua berdasarkan latar belakang pendidikan siswa atau mahasiswa putra-putrinya adalah dari orangtua SMP/MTs sebanyak 737 responden, orangtua SD/ Madrasah sebanyak 562 responden, orangtua SMA/SMK sebanyak 173 responden, orangtua KB-TK sebanyak 47 responden dan orangtua mahasiswa sebanyak 44 responden.
Uswadin menjelaskan, ada lima alasan utama yang dikemukakan orangtua terkait ketidaksetujuan terhadap pelaksanaan pembelajaran tatap muka.
Pertama, pandemi masih belum turun sehingga khawatir anak terdampak atau tertular Covid (72,6%). Kedua, Guru/dosen atau orangtua lain belum tentu bersih dari Covid-19 (33,4%). Ketiga perjalanan ke sekolah/ kampus atau sebaliknya masih khawatir keamanan kesehatannya (26,8%).
“Keempat, Sekolah/ kampus belum maksimal menyiapkan standar-standar sesuai protokol kesehatan (18,85), terakhir keterbatasan pelindung muka/ face shield dan masker yang dimiliki orangtua (11%),” ujar Uwadin.
Sedangkan alasan-alasan orangtua yang menghendaki dilaksanakan Pembelajaran Tatap Muka adalah Pembelajaran di rumah kurang maksimal (60,2%), anak tidak fokus belajar dan cenderung bermain (44,3%), dan anak-anak sudah mulai bosan belajar di rumah (40,7%).
“Anak-anak dengan menggunakan protokol kesehatan akan terhindar dari Covid-19 (27,6%) dan Anak-anak kurang disiplin dan sering tidak mengerjakan tugas (25,6%),” katanya.
Berdasarkan hasil survei tersebut, PW ISNU DKI Jakarta merekomendasikan supaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemerintah daerah lainnya tetap melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar dari rumah (BDR) sampai pandemi Covid-19 dinayatakan melandai dan aman.
“Apalagi pasca libur semester dan libur akhir tahun banyak pergerakan masyarakat yang ke luar masuk dari dan ke daerah untuk memanfaatkan liburan yang bisa jadi selama perjalanan tersebut secara sadar atau tidak sadar terimbas corona,” kata Uswadin.
Dengan penundaan Pembelajaran Tatap Muka ini diharapkan keamanan dan keselamatan warga belajar terjamin dan tidak menimbulkan klaster baru, yaitu klaster sekolah.
“Karena sebagaimana dikemukakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahwa prinsip utama adalah Kesehatan dan Keselamatan anak serta bertumbuhkembangnya mental dan fisik anak secara baik,” pungkasnya.
HY