Pengusaha Cina lega perang dagang mereda
Ekbis

Tarif Dagang Mereda, Pelaku Usaha China Tarik Napas Lega dan Siap Genjot Ekspor

Channel9.id, Jakarta – Keputusan Amerika Serikat dan China untuk menurunkan tarif dagang sementara memberi angin segar bagi pelaku usaha di China yang selama ini tertekan oleh perang dagang berkepanjangan antara dua ekonomi terbesar dunia. Setelah berbulan-bulan ketidakpastian dan penurunan produksi, banyak eksportir China kini bersiap bangkit, menata ulang jalur pasokan, dan bahkan membatalkan rencana pemutusan hubungan kerja.

Dalam hasil negosiasi yang digelar di Jenewa, tarif impor AS sebesar 145% atas produk China dipangkas menjadi 30% per 14 Mei 2025. Sebagai balasan, China juga memangkas tarifnya atas produk AS dari 125% menjadi 10%. Periode ini berlaku selama 90 hari dan menjadi jendela “tenang” bagi pelaku usaha kedua negara untuk memulihkan perdagangan.

Efek langsung pun terasa di lapangan. Salah satu produsen alat kesehatan di Shanghai, misalnya, membatalkan rencana PHK dan penutupan lini produksi yang semula direncanakan akhir bulan. “Saya kembali optimistis terhadap pasar AS tahun ini,” ujar Pang Ling, manajer penjualan perusahaan tersebut, yang menggantungkan separuh dari US$70 juta pendapatan tahunannya dari ekspor ke Amerika.

Di sisi pelaku usaha kecil dan menengah, respons pun tak kalah cepat. Sun Yang, pemilik bisnis perlengkapan seni tubuh di Shenzhen, menyebut timnya bersorak gembira saat mendengar kabar tarif turun. “Kami sempat mengalami lonjakan penjualan sebelum tarif baru mulai berlaku. Sekarang, kami bisa bernapas lebih lega dan berharap konsumen AS kembali percaya diri untuk belanja,” katanya.

Platform e-commerce seperti Shein dan Temu pun mulai menyesuaikan strategi harga, menyusul penurunan tarif “de minimis” dari 120% menjadi 54% untuk paket kecil. Tarif tersebut sebelumnya dibebaskan dari bea masuk, namun kenaikan mendadak sempat membuat konsumen menahan belanja.

Menurut Bruce Wen, pemilik perusahaan logistik di Guangzhou, indikasi pemulihan mulai terlihat. “April sangat sepi. Tapi dalam dua minggu terakhir, kami mulai menerima desakan pesanan dari klien. Saya yakin pelabuhan akan kembali sibuk dalam waktu dekat,” ujarnya.

Meski demikian, tak semua pelaku usaha langsung euforia. Chen Lei, manajer rantai pasokan untuk produsen barang rumah tangga yang diekspor ke pengecer besar seperti Walmart dan Costco, menyebut 90 hari terlalu singkat untuk mengambil keputusan strategis. “Klien besar masih ragu. Terlalu berisiko untuk langsung menempatkan pesanan dalam jumlah besar,” katanya dari Foshan. Ia mengingatkan bahwa kebijakan perdagangan AS bisa berubah sewaktu-waktu.

Di provinsi pesisir Zhejiang, Lily Lu, eksportir aksesori pakaian, menyambut positif gencatan senjata tarif ini. “Saya akan segera menelepon pelanggan AS saya malam ini, siapa tahu mereka tertarik melanjutkan pesanan yang tertunda,” ujarnya.

Dengan tensi dagang yang mereda sementara, para pelaku industri China mendapat peluang emas untuk memperbaiki jalur pasokan dan menyeimbangkan kembali neraca ekspor. Meski belum sepenuhnya pulih, banyak pihak berharap gencatan ini menjadi awal dari stabilisasi hubungan dagang yang lebih berkelanjutan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  8  =  18