Trump ke China
Internasional

Trump Ancam Setop Impor Minyak Goreng dari China, Hubungan Dagang Kian Tegang

Channel9.id, Jakarta – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan ancaman yang berpotensi memperburuk hubungan ekonomi dengan China. Dalam pernyataannya yang dikutip Bloomberg, Rabu (15/10/2025), Trump menyebut pemerintahannya tengah mempertimbangkan untuk menghentikan perdagangan minyak goreng dengan Beijing sebagai bentuk pembalasan atas keputusan China yang menolak membeli kedelai asal AS.

Menurut Trump, langkah China tersebut merupakan tindakan tidak bersahabat secara ekonomi dan merugikan para petani kedelai Amerika. “Kami sedang mempertimbangkan penghentian bisnis dengan China di sektor minyak goreng dan sektor perdagangan lainnya. AS mampu memproduksi minyak goreng sendiri tanpa harus bergantung pada impor dari China,” tulis Trump melalui media sosial.

Pernyataan itu langsung mengguncang pasar keuangan. Indeks S&P 500 yang sempat menguat berbalik melemah akibat kekhawatiran investor terhadap potensi pecahnya kembali perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia. Meski demikian, saham sejumlah perusahaan agribisnis besar seperti Archer-Daniels-Midland Co. dan Bunge Global SA justru naik setelah sebelumnya melemah.

Jika kebijakan penghentian perdagangan minyak goreng benar diterapkan, dampaknya bisa meluas ke sektor energi dan pertanian AS. Minyak goreng, termasuk minyak jelantah dan kedelai, merupakan bahan baku utama dalam produksi biofuel seperti diesel terbarukan. Pemerintahan Trump sebelumnya juga telah memangkas insentif impor minyak goreng bekas dari luar negeri. Data Departemen Pertanian AS menunjukkan bahwa impor minyak goreng bekas dari China mencapai rekor tertinggi sepanjang 2024.

Perkembangan terbaru ini menambah ketidakpastian hubungan dagang antara AS dan China sejak Trump kembali menempati Gedung Putih. Investor kini semakin cemas terhadap kemungkinan munculnya perang dagang babak baru.

Beberapa jam sebelum ancaman tersebut disampaikan, Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer mengungkapkan bahwa negosiasi tarif dengan China masih berlangsung. Pejabat tinggi dari kedua negara dilaporkan telah bertemu pada Senin (13/10/2025), dan Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan pada akhir bulan ini.

Trump sendiri sempat menunjukkan nada optimistis. “Hubungan kami dengan China cukup baik, dan saya pikir semuanya akan berjalan lancar. Namun, jika tidak, kami juga siap. Kami sudah saling memberi tekanan, dan sejauh ini cukup berhasil,” ujarnya di Gedung Putih.

Sikap positif tersebut sempat menenangkan pasar setelah sebelumnya Beijing menjatuhkan sanksi terhadap anak usaha perusahaan pelayaran asal Korea Selatan yang berafiliasi dengan AS, serta mengancam tindakan balasan lainnya. Kini, kedua negara kembali meningkatkan tekanan menjelang putaran baru perundingan dagang dengan memberlakukan pembatasan ekspor mineral tanah jarang dan semikonduktor — dua komoditas strategis yang menjadi inti dari persaingan ekonomi global mereka.

Sebagai tanggapan, Trump mengancam akan menaikkan tarif hingga 100% terhadap barang-barang asal China mulai 1 November dan bahkan mempertimbangkan pembatalan pertemuannya dengan Xi di KTT APEC di Korea Selatan.

Greer menjelaskan bahwa keputusan mengenai tarif tambahan tersebut bergantung pada langkah yang akan diambil oleh Beijing. Ia menambahkan, kedua negara sempat mencapai kesepakatan gencatan senjata tarif di awal tahun, setelah sebelumnya bea impor AS terhadap produk China melonjak hingga 145%. Namun, masa berlaku kesepakatan itu akan berakhir pada 10 November.

“Kesepakatan itu memungkinkan tarif tetap rendah selama China menjaga stabilitas ekspor mineral tanah jarang. Kini mereka berencana memperketat pengendalian atas komoditas tersebut dan produk turunannya, sehingga wajar bila kami meninjau ulang kebijakan tarif,” ujar Greer.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

81  +    =  91