Virus Zombie di Permafrost yang Muncul Dari Perubahan Iklim
Lifestyle & Sport

Virus Zombie di Permafrost yang Muncul Dari Perubahan Iklim

Channel9.id-Jakarta. Lapisan Permafrost menyimpan bahaya lain selain feedback gas methane. Virus zombie ditemukan banyak masih dapat aktif meskipun berusia ribuan tahun.

Lapisan sedimentasi es raksasa atau Permafrost dikabarkan menyimpan bahaya berupa gas methane dengan jumlah yang besar. Hal tersebut terjadi karena proses jutaan tahun massa biologi, bangkai tumbuhan dan hewan, yang tidak sempat membusuk secara sempurna karena suhu yang dingin. Ancamannya datang dari keretakan lapisan es yang mengekspos material organik yang mengandung methana dan melepasnya dengan jumlah yang besar.

Hal tersebut akan mendorong siklus pemanasan global yang lebih cepat serta mempercepat perubahan iklim. Hal ini akan berdampak pada sebagian besar populasi manusia. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut bahwa negara rendah seperti Polinesia akan menerima imbas paling parah dari perubahan iklim.

Dilansir dari Livescience, perubahan iklim disebut menyebabkan kuman-kuman yang berada di permafrost mulai bermunculan. Salah satu hal lain yang tersimpan dari dalam daratan es tersebut adalah mikrobiologis yang berada dalam keadaan zombie. Artinya meskipun seperti tertidur, namun tetap dapat menginfeksi.

Meskipun demikian, pakar menyebut bahwa masyarakat tidak perlu khawatir terhadap hal ini, namun tetap menyiapkan langkah-langkah pencegahan.

Penelitian terkait virus dari Permafrost diteliti dan dimuat dalam jurnal Viruses (18/02/2023). Penelitian ini dilakukan oleh Jean-Marie Alempic dan rekan-rekan. Studi ini menemukan bahwa virus jenis Pacmanvirus Lupus yang merupakan bagian dari Pacmanviruses.

Jean-Michel Claverie, ilmuwan computation microbiologist Aix-Marseille University Prancis dan salah satu tim riset yang disebutkan diatas, menyebut bahwa salah satu jenis mikroba yang dihidupkan di lab berusia 48.000 tahun. Penelitian mendasarkan fakta bahwa virus-virus ini masih mampu untuk menginfeksi mikroba lain meskipun usianya yang sangat tua, lebih dari 48.000 tahun.

Meskipun sudah amat tua, percobaan terkontrol membuktikan bahwa virus tersebut masih dapat bereplikasi dengan amuba yang membuatnya melepaskan viral particles baru.

Penelitian ini juga menyimpulkan potensi infeksi ke manusia. Walaupun demikian teknologi medis modern dianggap dapat menangani jika jenis virus semacam ini mengancam kehidupan manusia. Disebutkan bahwa pathogen seperti SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 yang membutuhkan waktu untuk pengembangan vaksin dan mekanisme penanganannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

84  +    =  87