Oleh: Rossi Rahardjo*
Channel9.id-Jakarta. Akhir pekan kemarin, Sabtu, 2 November 2019, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) memiliki nakhoda baru. 82 Pemilik suara dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 2019, dari seluruhnya 86 pemilik suara–yang terdiri dari 34 Asosiasi Provinsi (asprov), 18 Klub Liga 1, 22 Klub Liga 2, 10 Klub Liga 3, 1 asosiasi futsal, dan 1 asosiasi sepakbola wanita–memilih Komisaris Jenderal Polisi Mochamad Iriawan, atau yang akrab disapa Iwan Bule, sebagai Ketum PSSI yang baru.
Tiga pemilik suara memilih abstain. Satu lagi pemilik suara (Persis Solo) tidak hadir dalam KLB tersebut.
Beragam komentar pun mencuat. Ada yang bersyukur karena PSSI sudah mendapat ketum definitif ada juga yang meragukan kapabilitas Iwan Bule membangun dan mengembangkan sepakbola nasional. Namun, ada yang menyoroti latar belakang Iwan Bule yang berstatus anggota aktif Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas).
Di sejumlah media sosial dan media massa, mereka yang mengaku pencinta sepakbola khawatir adanya tumpang tindih kepentingan Iwan Bule sebagai Ketua Umum PSSI dan anggota kepolisian.
Bahkan muncul tudingan Kepolisian Republik Indonesia berupaya merebut kursi Ketua Umum PSSI dengan menugaskan sosok Iwan Bule.
Padahal Iwan baru memulai tugasnya sebagai Ketua Umum. Kurang fair jika belum apa-apa kita sudah melontarkan tuduhan.
Bahwa Iwan tidak terlalu dikenal sebagai orang bola, rasanya itu bukan hal baru di Indonesia. Apalagi, Ketua Umum PSSI yang terbilang sukses sebelumnya, Kardono (2 kali meraih emas Sea Games) dan Azwar Anas (PSSI masuk peringkat 60 FIFA) juga tak terbilang orang bola sebelum bergelut di PSSI.
Yang lucu lagi adalah suara yang mengaitkan keterpilihan Iwan sebagai bentuk kepentingan Polri di PSSI. Ini aneh. Kepentingan apa yang dimaksud? Mau menempatkan kader polisi biar lebih dikenal? Rasanya Iwan–yang dua kali menjadi Kapolda di dua wilayah–sudah cukup terkenal.
Lagipula, terkenal di PSSI itu cenderung negatif. Terkenal tapi tak disukai. Maklum, prestasi PSSI buruk dan banyak persoalan di organisasi itu.
Wajar jika Polisi gemas sendiri jika dituduh mempolitisasi PSSI. Bukti-bukti ke arah itu memang lemah.
Dalam rilis Divisi Humas Mabes Polri kepada sejumlah media, kepolisian membantah adanya ‘penugasan’ kepada Iwan Bule untuk duduk di kursi Ketua Umum PSSI. Divisi Humas Mabes Polri menegaskan, PSSI merupakan sebuah lembaga independen yang memiliki aturan sendiri serta tunduk kepada Statuta PSSI dan FIFA.
Mabes Polri meyakini, terpilihnya Iriawan sebagai Ketua Umum PSSI ini sudah berdasar aturan yang ada– termasuk Statuta PSSI dan FIFA. Polri sendiri memiliki aturan yang mengizinkan anggotanya bergiat di organisasi sosial kemasyarakatan sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang.
Mabes Polri juga menegaskan, majunya Iwan Bule dalam kontestasi pemilihan Ketua Umum PSSI merupakan inisiatif pribadi yang menjadi hak semua orang. Terlebih proses pemilihan tersebut tanpa campur tangan dari kepolisian. Ia meminta semua pihak melihat sosok Iwan Bule sebagai pribadi saat berurusan dengan PSSI.
Ini artinya, aktivitas Iriawan di PSSI merupakan inisiatifnya sendiri dan itu merupakan haknya. Proses pemilihannya juga berlangsung secara natural. Polri tidak menugaskan siapapun untuk terlibat.
Jadi ketika melihat profil Iriawan sebagai Ketua Umum PSSI, mohon dilihat itu sebagai Iriawan sebagai pegiat sepakbola. Jangan dilihat sebagai polisinya.
Saya sendiri tidak kaget ketika mendengar kabar terpilihnya Iwan Bule menjadi Ketua Umum PSSI periode 2019-2023, termasuk dengan perolehan suaranya yang sangat telak. Prediksi saya tidak meleset karena sejak awal Iwan Bule menjadi satu-satu calon yang getol menjaring suara kepada pemilik suara.
Ia rela mendatangi satu per satu pemilik klub hingga pengurus asosiasi yang memiliki suara dalam KLB PSSI 2019 untuk membeberkan program-programnya sekaligus melobi agar bersedia memberikan suaranya kepada dirinya.
Salah satu pemilik klub Liga 1 mengaku Iwan Bule sempat menemuinya dan meminta dukungan dari klub tersebut.
Tugas berat Iwan Bule membenahi karut marut sepakbola Indonesia. Pengalaman Iwan Bule paling tidak memberi harapan baru bagi pencinta sepakbola tanah air dalam negeri. Harapan pertama adalah membenahi dan melakukan revolusi di tubuh PSSI, memperbaiki kompetisi hingga menghasilkan tim nasional Indonesia yang tangguh, minimal di kancah Asia Tenggara.
Terlepas dari banyaknya kekurangan proses KLB, faktanya Iwan Bule menang telak dalam pemilihan, dan secara sah terpilih sebagai Ketua Umum PSSI periode 2019-203. Saatnya bagi pencinta sepakbola tanah air untuk menyudahi perdebatan dan kecurigaan terhadap latar belakang Ketua Umum PSSI terpilih.
Kini wajib bagi kita untuk bersama-sama mengawal program kerja PSSI dalam periode kepemimpinan Iwan Bule dan kabinetnya untuk sepakbola Indonesia yang lebih maju. Selamat Bekerja, Ketua Umum. Selalu lepaslah seragam polisi ketika mengurus PSSI.
Pengamat Sepakbola yang berdomisili di Surabaya*