Nasional

Dosen UIN Banten: Tindakan Terorisme Zakiah Aini Dipengaruhi Paham Keagamaan yang Ekstrem

Channel9.id – Jakarta. Dosen Pascasarjana UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten DR. Ali Muhtarom menganalisis isi surat wasiat yang ditinggalkan Zakiah Aini, pelaku penyerang Mabes Polri pada Rabu 31 Maret 2021.

Ali menyampaikan, tindakan terorisme yang dilakukan Zakiah sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor pemahaman keagamaan yang ekstrem.

“Menurut saya terkait surat wasiat dari Zakiah yang sudah viral di seluruh media menggambarkan bahwa tindakan terorisme itu sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor pemahaman keagamaan yang ekstrem, meskipun tidak menutup kemungkinan ada faktor lain di balik tindakan tersebut,” kata Ali dalam keterangannya kepada Channel9.id, Kamis 1 April 2021.

Menurut Ali, narasi surat tersebut mengandung dua hal. Pertama, ada semacam kegalauan dari pelaku tentang kondisi kehidupannya yang bisa saja disebabkan oleh faktor ekonomi. Kedua, faktor pemahaman agama yang sangat ekstrem.

“Faktor kedua ini kemudian menjadi pembenar dalam tindakan terorisme tersebut karena ada janji surga yang diharapkan. Tentu saja, janji surga tersebut berasal dari pemahaman doktrin keagamaan yang diyakini,” ujar Ali.

Ali menilai, pemahaman keagamaan yang terlalu ekstrem ke kanan berpotensi kuat untuk membuat seseorang melakukan tindakan terorisme.

“Saya termasuk yang membenarkan bahwa pemahaman keagamaan yang terlalu ekstrem ke kanan memiliki potensi kuat dalam tindakan terorisme. Pandangan ini sekaligus mempertanyakan kepada sebagian yang bingung dan selalu mencari kambing hitam dan membuat narasi konspiratif,” ujar Ali.

Dia menambahkan, tindakan pemahaman keagaaman yang ekstrem juga disebabkan oleh pemahaman keagamaan yang kaku.

“Sebenarnya ada hal lain yang perlu dijelaskan secara objektif bahwa ada kecenderungan tindakan ekstrem disebabkan oleh paham keagamaan yang kaku seperti dalam surat wasiat tersebut,” kata Ali.

Terkait pandangan bahwa tindakan terorisme bukan didasarkan atas paham keagaaman, dia menilai pandangan itu dilontarkan oleh kelompok moderat yang menghargai toleransi. Sedangkan, bagi yang berpaham ekstrem tetap mengatasnamakan ajaran agama dalam melakukan tindakan ekstrem.

“Bagaimana mencari solusi tentang pencegahan terorisme ketika tindakannya digerakkan oleh paham keagamaan, sementara ketika terjadi tindakan terorisme dikatakan tindakan tersebut bukan atas nama agama,” ungkap Ali.

“Sebenarnya ungkapan bahwa tindakan terorisme bukan atas nama agama itu adalah ungkapan kelompok moderat yang menghargai toleransi. Sedangkan bagi yang berpaham ekstrem tetap mengatasnamakan ajaran agama dalam melakukan tindakan ekstrem,” ujarnya.

Namun, kata Ali, pertanyaan lain muncul, bagaimana dengan yang bingung dan tidak punya sikap tersebut?

“Inilah tantangan bagi para penggerak moderasi beragama untuk mewujudkan kedamaian masa depan,” pungkasnya.

HY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7  +  3  =