Channel9.id-Israel. Rekor Benjamin Netanyahu dalam memimpin Israel selama 12 tahun berakhir sudah ketika parlemen Israel menyetujui perubahan pemerintah baru yang dipimpin oleh Naftali Bennett, pada hari Minggu (13/6/2021), sebuah momen dimana banyak orang kira tidak akan mungkin terjadi dalam waktu dekat ini.
Di Tel Aviv, banyak yang menyambut baik perubahan baru ini.
“Saya datang kesini untuk merayakan berakhirnya sebuah era. Kami ingin pemerintahan baru ini untuk sukses dan menyatukan kita semua lagi,” kata Erez Biezuner di alun-alun Rabin yang ramai dikunjungi oleh para pendukung pemerintahan baru.
Namun, Netanyahu mengatakan akan kembali lebih awal daripada yang banyak orang pikirkan. “Jika kita memang ditakdirkan untuk dipimpin oleh pihak oposisi, kami akan melakukannya dengan lapang dada sampai kita bisa mengambil kembali alih kekuasaan,” ujarnya di parlemen sebelum disumpahnya Bennett.
Pemerintahan baru ini secara umum berencana untuk tidak fokus kepada isu-isu panas seperti misalnya kebijakan terhadap warga Palestina, namun lebih ke reformasi untuk Israel.
Dibawah kesepakatan koalisinya, kursi perdana menteri Bennett akan diberikan kepada Yair Lapid pada tahun 2023.
Dengan partai sayap kanannya, Partai Yamina, hanya memenangkan enam dari 120 bangku parlemen pada pemilu lalu, kemenangan Bennett ini merupakan momen politik yang sangat mengejutkan.
Dalam pidatonya setelah disumpah, Bennett diteriaki “pembohong” oleh para pendukung Netanyahu. Walaupun begitu, ia tetap mengucapkan terima kasih kepada mantan perdana menteri atas kontribusinya selama 12 tahun untuk Israel.
Namun pemerintahan baru dengan koalisi dari sayap kiri, sentral, sayap kanan dan juga partai Arab bisa dibilang tidak mempunyai banyak kesamaan selain hasratnya untuk menggeser Netanyahu dari kursi perdana menteri. Hal ini menekankan rentannya pemerintahan Israel yang baru ini.
Warga Palestina menganggap kalau pergantian tersebut tak akan merubah apapun. Mereka memprediksi kalau Benner juga akan mengejar agenda pemerintahan sebelumnya.
(RAG)