Oleh: Rahmat Edi Irawan*
Channel9.id-Jakarta. Gelaran Piala Dunia edisi ke-22, memasuki puncaknya. Usai mempertandingkan dua partai semifinal, Selasa dan Rabu lalu, dua negara yang punya tradisi kuat dalam sepakbola, Argentina, dan Perancis, lolos ke final. Rencananya, partai final akan digelar Minggu 18 Desember mendatang, sementara sehari sebelumnya akan digelar pertandingan perebutan tempat ketiga antara Kroasia menghadapi Maroko.
Bagi mereka yang berharap Piala Dunia di Qatar ini akan menghadirkan debutan adanya juara dunia baru, rasanya Anda pasti kecewa. Justru partai final kali ini, kian mengukuhkan kelompok team elite dalam gelaran Piala Dunia, yang sudah dimulai sejak tahun 1930 lalu. Even olahraga terakbar di dunia ini, kembali menyuguhkan final antara mereka yang sudah pernah merebut Piala Dunia. Bahkan Argentina dan Perancis, keduanya tercatat sudah dua kali menyegel titel juara dunia. Argentina adalah juara dunia di tahun 1978 dan 1986, sementara Perancis yang merupakan juara bertahan atau juara di tahun 2018 juga pernah menjadi juara di edisi tahun 1998. Kedua negara tersebut merupakan kelompok team elite, yang hanya beranggotakan 8 negara, yang pernah mencicipi gelar juara dunia. Selain kedua negara tersebut, juga ada Brazil (5x juara dunia), Jerman (4x juara dunia), Italia (4x juara dunia), Uruguay (2x juara dunia), Inggris (1x juara dunia) dan Spanyol (1x juara dunia).
Baca juga: Alvarez Mengganas, Messi Makin Bertaji
Jika dilihat asal benua kedelapan negara penyandang juara dunia, mereka praktis hanya berasal dari benua biru, Eropa (5 negara) dan team dari Amerika Latin (3 negara). Jika kita telisik lebih lanjut, bahkan partai final Piala Dunia yang sudah digelar 22 edisi, termasuk Piala Dunia kali ini, tidak pernah menghadirkan negara-negara di luar Eropa dan Amerika Latin. Paling tinggi prestasi yang pernah ditorehkan negara non Eropa dan Amerika Latin adalah semifinalis, seperti yang dilakukan Amerika Serikat mewakili Amerika Utara (edisi Piala Dunia pertama tahun 1930), Korea Selatan mewakili Asia (saat menjadi tuan rumah bersama dengan Jepang tahun 2002), dan terakhir dilakukan Maroko mewakili Afrika (tahun 2022 ini).
Tentu saja, tidak ada aturan bahwa final Piala Dunia hanya milik kedelapan negara tersebut atau negara yang berasal dari Eropa dan Amerika Latin saja. Namun, fakta hanya kelompok elite dari dua kawasan itu saja yang sukses merebut juara dunia, justru menunjukkan bahwa ajang sebesar Piala Dunia memang butuh banyak elemen untuk bisa memuncakinya.
Negara-negara juara dunia itu memiliki banyak talenta berbakat pesepakbola, yang kemudian digembleng di kompetisi awal di negaranya yang berlangsung reguler dengan sehat dan kompetitif, adanya pengelolaan manajemen kepengurusan sepakbola yang modern, baik dan terukur, serta dukungan suporter sepakbolanya yang fanatik dan bergairah. Hanya berharap kejutan, tanpa memiliki elemen-elemen sukses tadi, rasanya belum terbukti di even sesakral Piala Dunia. Prestasi besar di Piala Dunia tidak akan lahir, jika hanya mengandalkan para pemain yang bisa diambil dan dinaturalisasikan dari kompetisi di negara luar saja, tanpa membangun elemen sukses lainnya.
Piala Dunia pada akhirnya bukan ajang kuda hitam, mereka yang sukses merebut juara dunia, dari ‘zero to hero‘. Tidak ada yang instan, semuanya harus kerja keras, kerja cerdas, butuh waktu dan kekonsistenan. Jadi, tidak akan ada prestasi yang turun dari langit.
*Broascast Sports Production