DPR kritisi Kemendag soal industri tekstil lokal yang sekarat
Ekbis

Industri Tekstil Lokal Babak Belur, DPR Soroti Kinerja Kemendag

Channel9.id, Jakarta – Sejumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi VI mengkritik langkah Kementerian Perdagangan dalam melindungi industri tekstil dalam negeri. Anggota Komisi VI DPR RI, Asep Wahyuwijaya, menyoroti kondisi industri tekstil di dapilnya, Kabupaten Bogor, yang mengalami penurunan drastis. Berdasarkan data Apindo tahun 2017, jumlah industri tekstil di daerah tersebut menyusut hingga separuh dalam lima tahun terakhir.

“Kita amat konsen dengan industri tekstil karena menyerap banyak tenaga kerja. Tapi sekarang, pasar kita dibanjiri produk impor dari Cina, bahkan di pasar tradisional sekalipun. Bagaimana mungkin ini dibiarkan?” katanya dalam rapat kerja Komisi VI DPR dengan Menteri Perdagangan Budi Santoso di Gedung Nusantara I, Jakarta Pusat, Rabu (20/11/2024).

Ia mengungkapkan, hampir 60-70 persen komoditas tekstil di Indonesia adalah impor, yang menciptakan tekanan besar bagi industri lokal. Asep juga menyoroti praktik dagang tidak adil, seperti hambatan masuknya produk Indonesia ke negara lain.

“Indonesia mau masuk ke India saja, barang baru keluar dari pelabuhan bulan Mei atau Juni, padahal masuknya Januari. Sementara, barang dari mereka dengan mudah masuk ke sini,” ujarnya.

Selain industri tekstil, Asep menyoroti nasib petani dan peternak susu yang kerap mengalami kerugian akibat buruknya pengelolaan distribusi.

“Kita sering dengar petani membuang hasil panen ke jalan atau peternak susu membuang produknya ke kali. Ini harus dihentikan! Kemendag harus memastikan kondisi seperti ini tidak terjadi lagi,” tegasnya.

Senada, Anggota DPR RI Komisi VI dari Fraksi Partai Gerindra, Kawendra Lukistian juga menyinggung struktur impor yang masih didominasi oleh bahan baku sebesar 72,58%, diikuti barang modal sebesar 18,32%. Menurutnya, ini akan membawa dampak negatif terhadap nilai tukar rupiah.

“Nah, mudah-mudahan ini bisa dikonsentrasikan seperti apa dan sudah ada beberapa case seperti industri manufaktur kita sering bergantung pada impor, tekstil kita, elektronik,” ucap Kawendra.

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengakui pemerintah masih bergantung pada produk impor untuk mendukung kegiatan produksi dan investasi. Dia mengatakan ketergantungan impor ini seiring dengan adanya peningkatan permintaan domestik dan aktivitas industri yang mulai tumbuh.

“Tingginya proporsi bahan baku dan barang modal dalam struktur impor menunjukkan bahwa Indonesia masih bergantung pada impor untuk mendukung kegiatan produksi dan investasi,” kata Budi dalam raker tersebut..

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3  +  2  =