Channel9.id-Jakarta. Mantan pemain Timnas Bola Voli Putri Aprilia Manganang diketahui ternyata berjenis kelamin pria. Hal tersebut terungkap usai Aprilia yang juga seorang tentara berpangkat Serda itu melakukan pemeriksaan medis pada Februari 2021 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
“Saat dilahirkan dia punya kelainan pada sistem reproduksinya, hipospadia,” ujar Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika PerkasaAndika di Mabes TNI AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (09/03).
Lantas, apa itu hipospadia?
Mengutip Mayoclinic, hipospadia adalah suatu kelainan di mana letak lubang kencing pada bayi laki-laki tidak normal. Kondisi ini merupakan kelainan bawaan sejak lahir.
Normalnya, uretra terletak tepat di ujung penis. Namun pada bayi dengan hipospadia, uretra berada di bagian bawah penis. Kondisi ini dapat menyulitkan penderita hipospadia bisa mengalami kesulitan kesulitan buang air kecil atau berhubungan seksual saat dewasa, jika tidak ditangani sedari awal.
Tidak semua penderita hipospadia memiliki gejala yang sama. Pada sebagian besar kasus, lubang kencing terletak di bagian bawah kepala penis, dan sebagian lain memiliki lubang kencing di bagian bawah batang penis. Posisi lubang kencing juga bisa berada di area skrotum (buah zakar), tetapi kondisi ini jarang terjadi.
Akibatnya, anak dengan hipospadia akan mengalami gejala seperti percikan urine tidak normal saat buang air kecil, kulup hanya menutupi bagian atas kepala penis, dan bentuk penis melengkung ke bawah.
Bayi penderita hipospadia harus segera diperiksakan ke dokter, untuk penanganan lebih awal. Hal ini juga akan mencegah bentuk penis menjadi tidak normal di kemudian hari.
Baca juga: Atlet Voli Wanita Aprilia Manganang Dipastikan Laki-Laki
Hipospadia yang tidak ditangani sejak dini, dapat membuat anak kesulitan buang air kecil dalam posisi berdiri. Jika dibiarkan sampai beranjak dewasa, hipospadia bisa menyebabkan gangguan ejakulasi. Akibatnya, penderita akan sulit memiliki anak.
Hingga kini, belum diketahui apa penyebab pasti hipospadia. Namun, ada sejumlah faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang anak mengalami hipospadia. Misalnya karena sang ibu hamil diatas 35 tahun, menderita obesitas dan diabetes saat hamil, menjalani terapi hormon perangsang kehamilan, dan terpapar asap rokok atau pestisida saat hamil. Selain itu, memiliki keluarga yang pernah mengalami hipospadia, dan bayi yang terlahir prematur, juga diduga dapat membuat anak mengalami hipospadia.
Penderita hipospadia yang memiliki posisi lubang kencing sangat dekat dari posisi yang seharusnya, dan bentuk penis tidak melengkung, tidak memerlukan penanganan. Namun bila letak lubang kencing jauh dari posisi normalnya, operasi perlu dilakukan.