Channel9.id-Jakarta. Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves, Basilio Dias Araujo, melakukan kunjungan kerja ke Fuel Terminal Tanjung Gerem Pertamina di Cilegon pada Jumat 20 Agustus 2021.
Kunjungan itu untuk menindaklanjuti kerja sama _Bunkering Marine Fuel Oil_ (MFO) _low sulphur_ sesuai standar Organisasi Maritim Internasional (IMO) untuk kapal niaga antara Krakatau International Port (KIP) dan Patra Pertamina pada Juli 2021 lalu.
Kunjungan ini pula untuk mempertegas komitmen Kemenko Marves dalam memaksimalkan pendapatan negara di bisnis maritim sekaligus mendorong implementasi kerja sama pelayanan jasa _Bunkering Marine Fuel Oil_ antara Krakatau International Port (KIP) dengan PT Pertamina Patra Niaga untuk bunkering MFO low sulphur bagi kapal-kapal yang melintasi Selat Sunda.
Mencermati besarnya peluang ekonomi yang masih dapat dioptimalkan selama ini, terutama ribuan kapal baik ukuran besar dan kargo internasional yang melintas di sepanjang Selat Sunda, Deputi Basilio meyakini kerugian ekonomi dan hilangnya kesempatan akibat belum adanya jasa bunkering bahan bakar minyak untuk kapal di Selat Sunda hingga Selat Malaka sangat besar potensinya untuk dihilangkan.
” _Opportunity loss_ atau hilangnya kesempatan karena banyak kapal yang melintas di sepanjang selat Sunda untuk mengisi MFO _low sulphur_ ini akan mampu menyumbang trilliunan untuk negara,” kata Deputi Basilio dalam rilis resmi, Jumat 20 Agustus 2021.
Dia memperkirakan ada sekitar 173 miliar dollar _opportunity loss_ dari jasa bunkering, penggantian kru, dan penyediaan logistik dari kapal-kapal yang melewati Selat Malaka, Selat Singapura, Selat Sunda, dan Selat Lombok bila tidak dimanfaatkan dengan baik.
Data tahun 2020, jumlah kapal yang melintas di sepanjang Selat Sunda sebanyak 53.068 kapal (dengan 150 kapal melintas per harinya), sedangkan di jalur Selat Malaka dan Selat Singapura berkisar 120.000 kapal (dengan 350 kapal melintas per harinya di Selat Malaka)
“Kita telah siapkan beberapa pelabuhan strategis di sepanjang selat-selat tersebut dengan bisnis MFO _low sulphur_ ini,” jelas Deputi Basilio.
Pertamina Tanjung Gerem saat ini melayani lebih dari 1500 kiloliter untuk MFO baik bagi kapal dan industri di Cilegon-Banten.
“Kami yakin, melalui pengembangan bisnis MFO _low sulphur_ di berbagai pelabuhan strategis, kedepannya, Indonesia bisa memberikan pelayanan terbaik (untuk _bunkering MFO low sulphur_) dan berani bersaing dengan negara tetangga lainnya,” tegas Deputi Basilio.
Melalui kerjasama bisnis _bunkering MFO low sulphur_ ini, potensi ekonomi akan semakin meningkat dan kesiapan Kepelabuhanan Indonesia sebagai bagian dari rantai-pasok energi ( _energy security_ ) khususnya penyediaan Bahan Bakar Kapal MFO Sulfur rendah 180 cSt (centistockes) bersama Pertamina Group dapat diandalkan.
MFO dengan kandungan sulfur maksimal 0,5 persen mass by mass (m/m) ini merupakan bahan bakar kapal yang sesuai dengan mandatori International Maritime Organization (IMO) mengenai bahan bakar kapal dengan kadar sulfur maksimal 0,5 persen wt yang berlaku mulai 1 Januari 2020.