Channel9.id, Jakarta – Konflik terbuka antara Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dengan kalangan dokter, termasuk para guru besar kedokteran, dinilai dapat menghambat penanganan pandemi dan mengancam kesiapsiagaan Indonesia menghadapi ancaman varian baru COVID-19. Hal ini disampaikan oleh pengamat kebijakan publik Trubus Rahadiansyah, yang menyebut perlunya kolaborasi dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam menghadapi tantangan sektor kesehatan nasional.
“Seharusnya konflik ini tidak perlu terjadi jika ada upaya duduk bersama. Ini masalah political will. Sebagai pembantu presiden, Menkes semestinya merangkul dan mengayomi para guru besar kedokteran,” kata Trubus kepada Channel9.id, Rabu (5/6/2025).
Menurutnya, konflik yang berlarut-larut justru bisa menjadi “duri dalam daging” dalam upaya pemerintah membangun sistem kesehatan yang kuat, apalagi menjelang cita-cita besar Indonesia Emas 2045. Kesehatan, tegasnya, merupakan fondasi utama dalam pembangunan sumber daya manusia.
Di tengah kembali merebaknya varian baru COVID-19 di sejumlah negara, Trubus menekankan pentingnya kerja sama yang erat antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat. Tanpa itu, upaya deteksi dini dan pencegahan bisa melemah, terutama karena sistem pelacakan (tracing) di Indonesia masih rendah.
“Kita lengah menghadapi varian Omicron jenis baru ini. Virusnya lebih aktif, tapi kolaborasi belum terbangun. Kalau Menkes dan dokter saja tidak akur, bagaimana bisa mewujudkan kebijakan kesehatan yang gotong royong dan terintegrasi?”.
Trubus juga menyoroti isu lain yang dinilainya berpotensi memperparah persoalan di sektor kesehatan, yakni masuknya kepentingan asing melalui proyek-proyek global seperti milik Bill Gates dan tokoh internasional lainnya.
“Mereka seperti Bill Gates atau Elon Musk kerap disebut sebagai global predator karena memanfaatkan situasi untuk keuntungan bisnis, misalnya dari vaksin, alat kesehatan, dan sebagainya,” ujarnya.
Ia menyebut bahwa pengaruh asing kini mulai merasuki sistem kesehatan nasional dan profesi medis di Indonesia. Hal ini, menurutnya, menimbulkan kekhawatiran bahwa kebijakan yang diambil lebih berpihak pada kepentingan bisnis global ketimbang kebutuhan rakyat Indonesia.
“Presiden sudah pernah menyinggung soal pengaruh asing melalui LSM. Saya melihat di sektor kesehatan juga sudah banyak masuk kepentingan asing. Contohnya, peluang dokter asing yang dibuka masuk ke Indonesia,” katanya.
Ia memperingatkan bahwa hal ini bisa memarjinalkan posisi dokter lokal. “Dokter asing sudah wara-wiri ke sini. Ini membahayakan eksistensi dokter Indonesia di negeri sendiri,” tegasnya.
Trubus juga menyinggung dampak langsung yang dirasakan masyarakat. “Yang paling terasa sekarang adalah biaya kesehatan makin mahal. Akses terhadap layanan kesehatan berkualitas semakin sulit dijangkau oleh masyarakat,” tandasnya.