Channel9.id, Jakarta – Keterlibatan militer Amerika Serikat dalam konflik Iran-Israel dinilai berpotensi memicu lonjakan tajam harga minyak global. Serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran yang dilakukan pada Sabtu (21/6/2025) malam waktu setempat meningkatkan ketegangan geopolitik dan menimbulkan kekhawatiran serius terhadap stabilitas pasokan energi dunia.
Menurut proyeksi firma riset ekonomi Oxford Economics, harga minyak dunia dapat meroket hingga US$130 per barel dalam skenario konflik yang memburuk. Meskipun analisis ini disusun sebelum keterlibatan langsung AS, potensi dampak dari eskalasi konflik tetap relevan dan semakin diperhitungkan pelaku pasar.
Tiga skenario dipaparkan dalam laporan Oxford Economics, yang dilansir oleh Reuters, Minggu (22/6/2025):
De-eskalasi konflik, yang memungkinkan harga minyak tetap stabil.
Gangguan besar, termasuk penutupan Selat Hormuz dan penghentian total ekspor minyak Iran.
Skenario ekstrem, yakni lonjakan harga hingga menyentuh US$130 per barel jika konflik menyebar dan pasokan energi terganggu secara luas.
Saat ini, harga minyak mentah global tercatat berada di kisaran US$79,04 per barel (per 19 Juni 2025), naik 18 persen sejak 10 Juni. Kenaikan ini dipicu oleh ketegangan militer yang berkembang cepat, serta kekhawatiran pasar atas potensi terganggunya jalur distribusi minyak utama di kawasan Teluk.
Oxford Economics juga memperingatkan bahwa jika harga minyak benar-benar melonjak hingga US$130, maka tingkat inflasi di AS bisa menembus 6 persen pada akhir 2025, menambah tekanan pada ekonomi global yang sudah rapuh akibat konflik dagang dan ketidakpastian kebijakan moneter.
Mitra pengelola Harris Financial Group, Jamie Cox, mengatakan bahwa lonjakan harga kemungkinan terjadi segera setelah serangan AS diumumkan, namun bisa mereda bila Iran memilih merespons secara diplomatis. “Demonstrasi kekuatan ini dapat memaksa Iran mencari kesepakatan damai, setelah kehilangan leverage strategisnya,” ujar Cox.
Namun, para ekonom mengingatkan bahwa ketergantungan global terhadap minyak dari kawasan Timur Tengah menjadikan pasar sangat sensitif terhadap risiko konflik terbuka. Dampak ekonominya tidak hanya akan dirasakan di AS, tetapi juga di Eropa, Asia, dan negara-negara berkembang.
Serangan udara AS yang dikonfirmasi Presiden Donald Trump menyasar tiga fasilitas nuklir utama Iran—Fordow, Natanz, dan Isfahan. Dalam pernyataannya di media sosial Truth Social dan X, Trump menyebut operasi militer tersebut sebagai “berhasil”, dan memastikan semua pesawat tempur kembali dengan selamat.
Ketegangan antara Iran dan Israel kini memasuki hari ke-10, dan keterlibatan terbuka AS menambah dimensi baru pada konflik ini, yang berpotensi mengguncang tidak hanya kawasan Timur Tengah, tetapi juga tatanan energi dan ekonomi global.