Channel9.id-Jakarta. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian menilai perlu upaya moderasi narasi dalam gerakan keagamaan melalui praktik Islam Rahmatan Lil ‘Alamin, sebagai salah satu cara kontra narasi terhadap doktrin takfiri.
Hal itu disampaikannya dalam Acara Webinar Launching Buku dengan tema “Pemeliharaan Politik dan Keamanan di Negara yang Majemuk Dalam Konteks Kerukunan Antar Umat Beragama” di Kantor Kemendagri pada Senin, (17/08) yang diselenggarakan oleh Himpunan Alumni Santri Lirboyo (HIMASAL).
Menurut Tito, dengan narasi-narasi yang kuat, terutama yang didasarkan kepada Al- Quran dan hadist yang dikumpulkan oleh alumni “Lirboyo” dan dituangkan ke dalam buku dapat menjadi pedoman bagi masyarakat umum.
“Ini menjadi salah satu pegangan bagi kita dan juga menjadi pencerahan bagi semua pihak bahwa keberagaman itu adalah keniscayaan untuk bangsa Indonesia ini. Kita harus duduk bersama baik muslim maupun non-muslim,” ujarnya dalam webinar yang juga dihadiri oleh Menko Polhukam Mahfud MD tersebut.
Dalam konteks pandemi Covid-19, Tito mengajak agar moderasi pemahaman jihad untuk saat ini bukan hanya dalam rangka menetralisir aksi-aksi kekerasan dan terorisme.
“Tapi juga dalam konteks bagaimana kita menghadapi perang menghadapi Covid-19 ini, misalnya penggunaan protokol, penerapan protokol penggunaan masker,” katanya.
Lebih lanjut Tito menekankan pentingnya peranan tokoh agama maupun ulama untuk terlibat dalam penanganan Covid-19.
“Peran daripada para tokoh ulama ini sangat sangat penting. Untuk itulah mungkin kita perlu juga melakukan jihad, bahkan mungkin Fardhu A’in, yaitu dalam konteks penerapan protokol Covid-19,” ucapnya.
Tito berharap, dengan bantuan ulama setiap warga masyarakat dapat mematuhi protokol kesehatan, di antaranya menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun ataupun hand sanitizer dan juga menjaga jarak.
“3 poin itu saja sudah bisa diterapkan sebetulnya kita bisa mengalahkan musuh kita Covid-19 ini, virus ini itu relatif akan melandai sebelum ketemu vaksinnya,” pungkasnya.