Channel9.id-Jakarta. Meta akan menindaklanjuti iklan yang berbahaya. The New York Times melaporkan Meta menghapus opsi penargetan iklan untuk ribuan topik sensitif di Facebook, Instagram, dan layanan lainnya mulai 19 Januari 2022. Langkah ini akan melarang iklan yang menargetkan berdasarkan interaksi dengan konten yang terkait dengan etnis, kesehatan, keyakinan politik , agama, dan orientasi seksual.
Dilansir dari Engadget, Meta menyadari bahwa langkah drastis itu bisa merugikan sejumlah bisnis dan iklan dengan pesan positif. Namun, Wakil Direktur Pemasaran Produk di Meta Graham Mudd mengatakan langkah tersebut kemungkinan malah memberi pengalaman negatif bagi orang-orang yang merasa tak terwakili. Oleh karenanya, lanjut dia, Meta ingin menyempurnakan platform iklannya untuk melayani semua orang tanpa merusak koneksi bisnis.
Perusahaan juga memberi kontrol lebih besar kepada pengguna atas iklan yang dilihat. Di 2022 mendatang, pengguna akan diberi opsi yang memungkinkan mereka melihat lebih sedikit iklan yang terkait dengan perjudian, penurunan berat badan, dan topik rumit lainnya. Adapun saat ini, pengguna bisa membatasi frekuensi iklan alkohol, pengasuhan anak, hewan peliharaan, dan politik.
Kebijakan iklan yang lebih ketat itu datang di hari yang sama dengan laporan transparansi terbaru Meta. Melalui laporan ini, perusahaan ingin melawan tuduhan whistleblower Frances Haugen—yang menuding bahwa perusahaan lebih tertarik pada keuntungan daripada kesejahteraan penggunanya. Didapati bahwa audit 2020 menyimpulkan Meta gagal dalam memerangi diskriminasi, termasuk iklan. Sebelumnya, perusahaan menghapus penargetan untuk ribuan topik iklan sensitif pada 2017 dan 2018—termasuk kategori anti-Semit. Namun, rupanya hingga hari ini ada tuntutan bahwa Meta harus membersihkan bisnis iklannya.
Meski begitu, Meta masih punya banyak opsi penargetan iklan, termasuk iklan berbasis lokasi, audiens khusus, dan daftar pelanggan berbasis izin. Ini akan mendorong sejumlah pemasar untuk memikirkan kembali strategi mereka. Pun bisa membantu mengurangi jumlah iklan eksploitatif. Namun, di lain sisi, upaya tersebut bisa memungkinkan pengguna melihat iklan yang tak relevan.
(LH)