Channel9.id-Jakarta. Sebuah kelompok peretas yang diduga terkait dengan pemerintah Iran menargetkan kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) tahun 2020. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Microsoft Corp kemarin, Jumat (4/10), dikutip dari Al Jazeera.
Dalam blog-nya, Microsoft menyebutkan terlihat aktifitas cukup signifikan dari kelompok itu dengan target pejabat pemerintah AS saat ini dan sebelumnya, wartawan yang meliput politik global, dan warga Iran yang tinggal diluar Iran.
Dalam jangka waktu 30 hari antara Agustus dan September, kelompok yang dijuluki “Phosphorous”, tercatat sebanyak 2.700 kali percobaan mengidenfitikasi akun email milik pelanggan tertentu dan menyerang 241 dari akun-akun tersebut.
Menurut Microsoft, Phosphorous menggunakan hasil informasi yang dikumpulkan dengan cara meneliti target atau dengan cara mengatur ulang password gim atau fitur pemulihan akun, dan percobaan mengambil alih akun-akun target.
Microsoft menilai serangan-serangan peretas itu tidak canggih. Peretas mencoba menggunakan sejumlah informasi pribadi untuk menyerang target.
“Usaha ini menunjukkan Phosphorous memiliki motivasi tinggi dan bahkan bersedia untuk investasi waktu dan sumber daya untuk melakukan penelitian dan pengumpulan informasi,” ungkap blog Microsoft.
Namun, Microsoft menolak untuk mengungkap identitas target kampanye, dengan alasan pelanggaran privacy.
Microsoft menyebut, pihaknya telah memberitahukan kepada pemilik dari empat akun berhasil diretas. Empat akun tersebut tidak terkait dengan kampanye maupun pejabat AS.
Microsoft telah melacak Phosphorus sejak 2013 dan pada Maret lalu telah menerima perintah dari pengadilan untuk mengendalikan 99 situs web yang digunakan kelompok itu untuk menyerang.
Phosphorus juga dikenal sebagai APT 35, Charming Kitten, dan Ajax Security.
Peretasan dengan tujuan ikut campur dalam pemilihan umum telah menjadi perhatian khusus sejak Badan Intelejen AS menyimpulkan Rusia melakukan operasi peretasan dan propaganda untuk mengganggu proses demokrasi di AS pada tahun 2016 lalu.
Operasi tersebut dituding membantu kandidat dari Partai Republik Donald Trump menang dalam pemilihan presiden. Namun, Rusia membantah tudingan tersebut.
Sementara itu, pemerintah Iran belum memberikan komentar terkait pernyataan Microsoft tersebut.