Channel9.id – Jakarta. Dosen Prodi Bahasa Indoensia UNJ Sam Mukhtar Chaniago menyatakan, penggunaan Bahasa Indonesia di ruang publik sudah terlalu bebas, bahkan kebablasan.
Hal tersebut bisa diamati dari keinginan seseorang dengan sengaja memilah kata yang tepat untuk menyakiti lawan bicaranya.
“Kita sudah terlalu bebas. Kebebasan tersebut membuat kita kebablasan. Dalam konteks tertentu saja, seseorang berupaya dengan sengaja mencari kata-kata paling tepat untuk menyakiti lawannnya,” kata Sam dalam diskusi daring IKA Bahasa Indonesia FBS UNJ berjudul ‘Bahasa Indonesia di Ruang Publik’, Selasa (28/4).
Kebablasan tersebut, lanjut Sam, membuat seseorang tidak mempertimbangkan baik dan buruk bahasa yang digunakan. Akibatnya, banyak orang yang sakit hati.
“Begitu mudahnya kata-kata keluar tanpa melihat penggunaan itu secara sosial, bagus, jelek, baik dan buruk. Kadang tidak menjadi pemikiran terlebih dahulu,” ujar Sam.
Sam juga menyoroti banyaknya perubahan makna kata makian di ruang publik. Menurut Sam, kata makian kadang menunjukan keakraban. Hal tersebut terjadi bila kedua belah pihak masih dalam ruang lingkup dan situasi yang sama.
“Penggunaan kata makian sangat beragam di suku bangsa. Bila digunakan antar sesama di situasi yang kita pahami. Itu tak menjadi masalah. Sehingga makian itu berubah menjadi makna. Kadang menunjukan keakraban,” kata Sam.
Namun, kata makian bisa menyakitkan bila berhadapan dengan orang yang berbeda.
“Situasi berbeda, orang berbeda, makian menjadi makna yang menyakitkan,” lanjut Sam.
Sam menyatakan, pemberian makna baru dalam kata seharusnya tidak terjadi di ruang publik. Namun, terjadi dalam ruang sastra.
“Mau memberi makna baru, kata itu menjadi makna a menjadi b itu silahkan di Sastra. Masyarakat merubah makna bisa dilakukan dalam puisi, sastra, berita. Jika itu ditanggapi dengan baik dan diikuti, bisa menjadi peluang untuk menjadi makna baru,” ujar Sam.
“Kemudian, biar badan bahasa yang menghimpun makna baru tersebut. Kosa kata baru mana yang perlu dimasukan. Itu wewenang Badan bahasa. Lalu dimasukan dalam kamus,” pungkas Sam.
(Hendrik)