Channel9.id – Jakarta. Fear of Missing Out (FOMO) kian menjadi fenomena yang dialami oleh masyarakat. Beberapa penelitian telah menemukan kaitan era antara akses media sosial dan ponsel pintar terhadap tingkat gangguan kecemasan dan depresi bagi pengguna. Elizabeth Scott, pakar kesehatan mental, menuliskan bahwa digital detox merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan untuk mengurangi dampak fenomena ini.
FOMO sendiri adalah persepsi seseorang terhadap normalitas kehidupannya. Disini peran sosial media yang berpotensi meningkatkan dampak buruk FOMO. Media sosial, sebagai produk komersil, selalu akan berupaya untuk menarik perhatian penggunanya. Sedangkan penggunanya dapat menjadi cemas, ketika dihadapkan orang sekeliling menampilkan update kehidupan yang ciamik.
Dampak FOMO tidak terbatas pada ranah kesehatan mental pengguna teknologi serba-bisa atau media sosial, tapi juga pada keputusan finansial. Dilansir dari Bussines Insider, riset terbaru CFA Institute dan Financial Industry Regulatory Authorithy Investor Education Foundation (FINRA) menemukan bahwa kaum muda dari Gen Z sudah memulai berinvestasi. Hal ini disebabkan oleh FOMO kalangan pemuda.
Baca juga: Mengenal Fenomena FOMO dan Dampak Nyatanya
Survey tersebut menyusuri sentiment Gen Z, Millenial, dan Gen X dari Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Tiongkok dengan rentang waktu November dan Desember 2022. Penelitian ini menyimpulkan bahwa lebih dari 40% anggota Gen Z di Amerika, Kanada, dan Inggris mengaku FOMO sebagai penyebab keputusan investasi. Sedangkan untuk Gen Z Tiongkok, 60% dari total juga berinvestasi karena FOMO.
Anggota Gen Z pada umumnya adalah generasi yang sudah mendapat akses teknologi sehingga lebih cenderung tech-savy. Sehingga informasi finansial ini bisa didapatkan sosial media dan internet. DIsebutkan juga para Gen Z gunakan platform youtube dan mesin pencari untuk riset keputusan bisnis ini.
Gen Z asal Amerika serikat ditemukan mengutamakan investasi asset crypto dan sahama individual. Terkait motivasinya, 61% bertujuan untuk menabung uang untuk liburan, 55% lainnya menyiapkan pengeluaran tidak terduga.