Oleh: Dr. Rizal Ramli*
Channel9.id-Jakarta. Kalau rakyat perutnya kenyang, hatinya tenang dan fikirannya gembira itu bagus. Begitupun sebaliknya, kalau perutnya kosong maka fikiran dan hatinya bisa kemana-mana. Bahkan bisa berpotensi melakukan hal hal yang tidak diinginkan.
Solusi untuk mempercepat pemutusan mata rantai Covid-19 secara efektif iyalah lock down. Pun Kalau ada varian baru muncul lagi yah, lock down lagi. “Gitu aja kok repot—seperti celetukan Alm Presiden Gus Dur”.
Tetapi, memang ada syaratnya. Tapi jangan pelit sama rakyat, kasih makan yang ndak mampu.
Secara random ketika kami tanyakan sama rakyat di bawah, seperti pedagang kecil, “Mau ndak diam di rumah saja sebulan, diberi makanan dan obat klo lock-down?”
Jawabnya,”Mau banget Bang, kapan lagi kita bisa kelonan sama bini, main sama anak-anak!“.
Jadi, as simple as that – cuman kenapa ada yang ndak mau tetapi pelit sama rakyat.
Pertanyaannya, menolong rakyat susah kok dianggap kerugian? Untuk lock down sebulan, kasih makan 70 juta keluarga dengan nilai masing-masing Rp1,5 juta cuman butuh Rp105 T. Kalau lock down 3 bulan, hanya 315T + obat 100T. Total hanya 415T.
Yang terjadi, dasar pelit sama rakyat! Kalau oligarki minta, langsung kasih berbagai keringanan dan kemudahan. Ini payah!
Seluruh dunia pake lock-down on-off dan vaksinasi. Lebih cepat mengendalikan Covid. Ekonomi bisa pulih lebih cepat! Cara-cara lain yang bertele-tele, hanya gonta-ganti istilah, hanya akan membuat biaya sosial, finansial dan ekonomis berkali-kali lebih mahal. Tahun 2020: telah habis 1035 T, hasil nol! Belajarlah dari kesalahan.
*Menteri Keuangan Presiden Gus Dur